Cinta Terlarang di Tanah Jajahan

Desy Cichika
Chapter #25

Duel

“Kau tahu apa yang terjadi,” Muzaffar melangkah mendekat, matanya menyorot tajam. “Kau mendekati adikku. Kau mempermainkan perasaannya.”

Renji mengepalkan tangannya. “Aku tidak tahu apa yang kau bicarakan, Muzaffar,” elaknya, berusaha tetap tenang. “Aku hanya menjalankan tugasku sebagai tentara, menjaga stabilitas dan keamanan.”

Muzaffar mendengus, senyum sinis terukir di bibirnya. “Jangan coba mengelak, Shōi Takeyama. Aku tahu kalian berdua menghilang di tengah pesta pernikahanku. Dan itu bukan kali pertama, bukan? Aku juga tahu tentang apa yang terjadi di malam perayaan Nyangahatn. Apa yang kau lakukan pada adikku, bahkan sampai menciumnya di tempat sepi?!” Suara Muzaffar meninggi, penuh amarah yang tak terbendung.

Renji tersentak. Mata Muzaffar berkilat dingin. Itu adalah informasi yang hanya bisa didapatkan dari Salim. Pengkhianatan itu, dan bukti-bukti yang tak terbantahkan, membuat Renji terpojok. Ia tahu sudah tidak ada gunanya lagi menyembunyikan.

Napas Renji tercekat. Ia mengepalkan tangannya. “Aku tidak mempermainkan siapa pun,” ucapnya pelan, namun tegas. “Aku... aku mencintai Nara-chan.” Pengakuan itu keluar begitu saja, jujur, tak tertahankan.

Pengakuan Renji itu bagai percikan api di tumpukan jerami. Muzaffar murka. “Cinta? Simpan bualanmu untuk gadis lain! Kau tentara Jepang! Kau pikir aku tidak tahu apa yang kalian lakukan pada gadis-gadis di desa lain? Kau pikir aku akan membiarkan adikku menjadi korbanmu?!”

“Aku berbeda!” Renji membantah, suaranya meninggi. “Aku tidak akan pernah menyakiti Nara-chan!”

“Omong kosong!” Muzaffar maju selangkah, menantang. “Jauhi adikku, atau kau akan berurusan denganku!”

Renji memandangnya. Ia tahu ia tidak bisa melawan Muzaffar dengan kekerasan militer. Ini masalah pribadi, masalah hati. Ia juga tahu, ia tidak akan pernah mau menyerahkan Senara. “Aku tidak akan menjauhinya,” kata Renji pelan, namun tegas.

Seketika, Muzaffar menyerang. Pukulan pertama Muzaffar mendarat keras di pipi Renji, membuatnya tersentak ke samping. Renji terkejut, namun ia tidak membalas dengan pistolnya. Ia tidak akan menggunakan senjata militer untuk masalah ini. Ia hanya ingin membela diri, melindungi kehormatan Senara, dan membuktikan dirinya.

Mereka berdua terlibat dalam perkelahian brutal. Muzaffar yang lebih mengenal medan hutan, menyerang dengan gesit, memanfaatkan setiap celah. Ia memukul Renji, menendangnya, dan mendorongnya ke semak-semak berduri.

Renji terlatih dalam pertempuran militer. Ia tahu cara menembak dalam barisan, menyerang dengan strategi, bergerak dalam formasi. Tapi tidak untuk perkelahian liar di hutan seperti ini. Ia hanya bisa bertahan—menghindar, menangkis, sambil menahan nyeri.

Ia menolak mengeluarkan pistolnya, memilih untuk berduel tangan kosong. Ia tahu, mengeluarkan pistol berarti mengubah pertarungan personal ini menjadi urusan militer yang bisa membahayakan seluruh desa.

Lihat selengkapnya