Cinta Terlarang di Tanah Jajahan

Desy Cichika
Chapter #27

Insiden Berdarah

"Siapa yang melakukan ini padamu, Renji?" tanya Souta, suaranya rendah dan mengancam. "Apakah para pemberontak? Apakah mereka menyerang patrolimu?" Souta segera berasumsi itu adalah serangan dari warga desa yang mulai melawan.

Renji tahu. Jika ia mengatakan yang sebenarnya tentang Muzaffar, itu akan memicu bencana. Jepang pasti akan membalas dengan brutal, dan Senara serta Muzaffar akan berada dalam bahaya besar. Ia tidak bisa membiarkan itu terjadi.

"Tidak, Nii-san," jawab Renji, matanya menatap lurus ke mata Souta, sebuah kebohongan yang ia ucapkan demi melindungi Senara. "Itu... kecelakaan. Aku tidak melihat bebatuan itu di kegelapan."

Souta menatapnya lekat, mencoba membaca ekspresi Renji. Ia tahu adiknya berbohong, tapi ia tidak bisa menemukan celah. Kebohongan Renji terlalu rapi. Souta menghela napas kasar, kekecewaan dan kemarahan bercampur di wajahnya.

"Baiklah," kata Souta akhirnya, suaranya dingin dan penuh kekecewaan. "Apapun itu, aku tidak akan mentolerir keteledoran seperti ini lagi. Rawat lukamu. Dan setelah ini, jangan pernah lagi melakukan patroli sendirian."

Renji mengangguk, hatinya terasa lega sekaligus perih. Ia telah melindungi Senara dan Muzaffar, namun dengan mengorbankan kejujuran kepada kakaknya, dan mungkin, hubungannya dengan Souta.

***

Sejak malam perkelahian itu, hidup Renji dan Senara berubah drastis. Renji tak lagi diizinkan berpatroli sendirian. Setiap kali ia keluar markas, selalu ada setidaknya dua prajurit lain yang menemaninya, perintah langsung dari Souta yang masih curiga dan tak percaya sepenuhnya pada Renji. Kebebasannya terbatas, dan pertemuan sembunyi-sembunyi dengan Senara kini menjadi mustahil.

Di sisi lain, Senara juga tak lepas dari pengawasan ketat. Muzaffar, yang dipenuhi rasa sakit hati dan kekecewaan, nyaris tak pernah melepaskan Senara dari pandangan. Jika Muzaffar tidak ada, Salim atau orang kepercayaannya yang lain akan membayangi setiap langkah Senara, memastikan gadis itu tidak akan lagi mendekati Renji. Desa Senara yang dulu terasa hangat, kini terasa seperti penjara.

Sesekali, takdir mempertemukan mereka. Renji, dalam patrolinya yang diawasi ketat, akan terserempak dengan Senara di jalan desa atau di pasar. Tatapan mereka bertemu. Di mata Renji, ada kerinduan yang mendalam, kekhawatiran yang tak terucapkan, dan janji untuk melindungi. Di mata Senara, ada kesedihan yang sama, rasa takut, namun juga sedikit harapan yang tak ingin padam.

Namun, momen itu tak pernah berlangsung lama. Selalu ada Muzaffar di dekat Senara, menatap Renji dengan sorot mata penuh kebencian dan keinginan untuk membunuh. Tatapan Muzaffar itu bagai tembok tak kasat mata yang memisahkan mereka, mengingatkan Renji akan bahaya yang mengancam jika ia berani melangkah lebih dekat. Kerinduan mereka harus disimpan rapat-rapat, tersembunyi di balik senyum palsu atau tatapan kosong.

Minggu berganti, namun ketegangan di desa tak juga mereda. Insiden perkelahian Muzaffar dan Renji, meskipun tidak ada laporan resmi dari pihak Jepang, menjadi bisik-bisik di kalangan warga. Rasa tidak suka terhadap Jepang semakin menguat.

Suatu pagi yang terik, pasar desa penuh sesak oleh aktivitas. Renji, dengan rombongan patroli yang kali ini berjumlah lebih banyak dari biasanya sedang berkeliling. Mengawasi setiap pergerakan, memastikan tidak ada keributan. Mereka berjalan beriringan, sepatu bot militer mereka berderap teratur di tanah.

Lihat selengkapnya