Cinta Terlarang di Tanah Jajahan

Desy Cichika
Chapter #28

Pecah

Muzaffar terkejut melihat Senara berlutut di hadapan Renji, meminta belas kasihan. Wajahnya semakin merah padam karena amarah dan rasa malu.

“Nara! Bangun! Jangan kau rendahkan dirimu di hadapan penjajah seperti dia! Biarkan aku selesaikan ini! Lebih baik mati terhormat daripada melihatmu berlutut memohon di hadapannya!” Ia membentak Senara, menolak untuk melihat adiknya jatuh serendah itu.

Tapi Senara tidak peduli. Ia terus menangis, terus memohon pada Renji. “Renji! Kumohon! Jangan bunuh dia! Dia abangku!”

Ketegangan mencapai puncaknya. Prajurit Jepang kini sudah membidik ke arah Muzaffar, senjata mereka siap meletus. Sementara itu, Muzaffar dan beberapa pengikutnya yang bersenjata parang dan pisau, juga siap melawan, meskipun kalah jumlah dan senjata. Mereka semua di ujung tanduk. Muzaffar tahu ini adalah pertarungan yang mustahil, namun ia tidak gentar.

Renji dan Muzaffar masih bertatapan, adu keras, mata mereka mengunci. Renji melihat amarah membara di mata Muzaffar, namun ia juga melihat ketulusan air mata Senara yang kini memohon padanya.

Pasukan Jepang di belakang Renji menunggu perintah, dan teman-teman Muzaffar terlihat panik, tidak siap.

Senara menangis seperti anak kecil, masih berlutut.

Akhirnya, Renji menurunkan sedikit pistolnya, mengarahkannya ke bawah. “Dengar baik-baik, Muzaffar,” suara Renji terdengar penuh peringatan, “demi Nara-chan, aku tidak akan melakukan apapun padamu kali ini.”

Ia kembali mengangkat pistol—tepat ke kepala Muzaffar.

“Tapi lain kali kalau kita berhadapan seperti ini... aku tak akan ragu untuk meledakkan kepalamu.”

Ia menoleh ke tubuh Sirhan. “Pergilah, bawa semua orangmu yang tidak tahu sopan santun itu. Termasuk... mayat temanmu ini.”

Muzaffar menggertakkan gigi, tubuhnya masih tegang.

Ia melihat Sirhan tergeletak tak bernyawa.

Melihat Senara berlumur air mata, merosot di tanah, memeluk lututnya seperti gadis kecil yang hancur.

Melihat teman-teman seperjuangannya—tak siap mati hari ini.

Dan lebih dari semua itu—ia teringat Sariya. Istrinya.

Lihat selengkapnya