Cinta Terlarang di Tanah Jajahan

Desy Cichika
Chapter #34

Hidup Hanya Untukmu

Darah. Ia bisa merasakan kehangatan cairan kental itu mengalir di sisi kepalanya. Dingin, lalu panas. Rasa pusing melandanya, napasnya tersengal. Ini akhir, pikirnya. Ini adalah harga yang harus dibayar.

Namun, di tengah kegelapan yang mulai menyelimutinya, sebuah wajah muncul. Bukan wajah ibunya. Bukan wajah Souta. Tapi wajah Senara. Senyumnya, mata yang berbinar penuh kehidupan, tangannya yang lembut menyentuh lukanya dulu.

“Nara-chan…”

Ia mengerang, berusaha bangkit. Tubuhnya menolak. Rasa sakit membakar.

“Aku tidak boleh mati di sini. Aku tidak bisa mati di sini.”

Napasnya putus-putus. Ia menggumamkan nama itu, berulang kali, seperti mantra, seperti janji yang harus ia tepati.

“Nara-chan… Nara-chan…”

Suaranya nyaris tak terdengar, tenggelam dalam bising perang, namun menjadi pemicu semangat terakhir di otaknya.

Seseorang menariknya. “Shōi! Kau terluka parah!”

Renji tidak mendengar. Ia hanya terus menggumamkan nama itu, matanya terpejam, berpegangan pada suara lembut di benaknya, pada janji yang harus ia tepati. Darah terus mengalir, tapi nama itu adalah pelindungnya. Senara adalah alasannya untuk bertahan, untuk melawan kematian yang nyaris merenggutnya di neraka Sanggau ini.

***

Malamnya, di tenda medis darurat yang tak layak disebut tenda, Renji terbaring dengan perban lusuh menutupi luka. Tangannya gemetar saat menulis lagi surat berikutnya.

[ Nara-chan…

Hari ini aku hampir kehilangan nyawaku. Tapi aku bertahan. Entah kenapa... wajahmu terus datang di saat peluru nyaris menembus dadaku.

Aku tak pernah takut pada kematian sebelumnya. Tapi hari ini aku takut. Bukan karena ngeri akan rasa sakitnya...

Tapi karena aku belum sempat melihatmu lagi.

Belum sempat bilang kalau aku ingin hidup… bersamamu. ]

Tangannya berhenti. Ia tak bisa melanjutkan.

Renji hanya menggenggam surat itu dan menempelkannya ke dada. Matanya menatap langit tenda yang bocor, tapi pikirannya sudah terbang jauh ke sebuah gubuk di desa Ninti. Tempat di mana seorang gadis bernama Senara mungkin sedang mengelus dadanya karena cemas. Atau sedang mengirim doa dalam diam.

Di bawah langit berbeda, Renji dan Senara menatap malam yang sama. Jarak memisahkan tubuh mereka, tapi cinta dan rasa takut yang sama menyatukan napas mereka.

Lihat selengkapnya