Cinta Terlarang di Tanah Jajahan

Desy Cichika
Chapter #71

Musyawarah

Senara menunduk makin dalam, tangannya gemetar memeluk perut. Dadanya sesak. Ia menggigit bibir, lalu bersuara lirih, bergetar.

“Dia… bukan lelaki seperti itu. Dia tidak akan meninggalkan aku. Dia berjanji akan menunggu.”

Tawa kecil terdengar, sinis. “Semua lelaki berkata begitu. Apalagi tentara.”

“Kau sudah hamil, Nak… tapi dia akan menikahimu tidak?” suara lain menimpali, nadanya manis tapi penuh racun.

Seorang lagi menyambung, “Kalau nanti ia pergi, siapa yang akan menjagamu? Coba pikirkan. Jangan-jangan… kau hanya diperalat.”

Bisikan berubah jadi sengatan, menyudutkannya dari segala arah. Senara hampir tak sanggup menjawab. Tubuhnya serasa mengecil di tengah tikar panjang itu.

Namun tiba-tiba, langkah berat terdengar. Uwe’ Lami masuk ke tengah lingkaran, tatapannya tajam seperti bilah mandau. Ia menoleh ke arah perempuan-perempuan itu.

“Cukup.” Suaranya berat, berwibawa. “Jangan sembarangan menilai. Anak ini datang bersama Apa’ Bujang, bukan sebagai titipan, tapi sebagai tanggungan. Ia tamu kita. Kalau lidahmu hanya bisa melukai, lebih baik diam.”

Keheningan turun. Para perempuan saling pandang, sebagian menunduk, sebagian pura-pura sibuk. Senara menoleh ke arah Uwe’ Lami, matanya berkaca-kaca. Perempuan tua itu hanya menyentuh lembut punggung Senara, seolah meyakinkan gadis itu kalau ia tidak sendirian.

Lelehan hangat dari mata Senara kembali jatuh, membasahi punggung tangannya. Namun kali ini, ia tidak lagi hanya menangis. Ada bara kecil dalam hatinya—bara keyakinan bahwa apa pun yang orang katakan, cintanya pada Renji bukanlah suatu kesalahan.

***

Renji sudah tinggal di pondok itu selama tiga hari.

Rutinitasnya sederhana. Ia bangun saat fajar, membersihkan pondok, lalu melatih diri. Ia tidak punya katana, hanya sebuah tombak kayu yang ia buat sendiri. Setiap gerakan menusuk dan menangkis adalah cara untuk mengusir bayang-bayang yang terus menghantuinya. Siang hari, ia akan duduk diam, merenung di depan pondok. Matanya menatap lurus ke arah gerbang kampung, yang samar terlihat di kejauhan.

Lihat selengkapnya