Cinta Terlarang di Tanah Jajahan

Desy Cichika
Chapter #86

Taktik dan Strategi Perwira



Lukas tidak membuang waktu. “Tentara Jepang datang ke kampung! Mereka menuntut beras, karet, dan dua puluh lelaki untuk proyek militer! Mereka mengancam akan membakar kampung jika kami menolak!”

​Jau mengangguk cepat. “Dan para tetua… para tetua sepakat. Mereka butuh bantuanmu, Sensei. Mereka butuh strategimu. Sekarang! Bawan… dia hampir menghasut semua orang untuk menyerahkanmu, tapi Lukas berhasil meyakinkan mereka bahwa kau adalah satu-satunya jalan keluar!”

​Senara menoleh pada Renji, wajahnya langsung diliputi ketakutan yang mencekik. Ia mencengkeram lengan Renji erat-erat.

​“Tidak, Renji,” bisik Senara, matanya memancarkan horor. “Jangan pergi. Itu jebakan. Mereka ingin kau keluar. Mereka akan membunuhmu!”

​Renji memegang bahu Senara, memaksa gadis itu menatap matanya. Matanya yang biasanya dingin kini memancarkan tekad yang membara.

​“Dengar, Nara-chan,” katanya, suaranya lembut namun tegas. “Aku tahu siapa aku. Aku tahu apa yang akan terjadi jika aku melanggar hukum militer. Tapi, aku adalah seorang prajurit. Aku tahu bagaimana menghadapi mereka. Aku tahu bagaimana cara berpikir mereka.”

​Ia memeluk Senara erat-erat, membiarkan gadis itu merasakan detak jantungnya yang cepat.

​“Aku tidak akan bertarung. Aku berjanji padamu,” bisiknya di telinga Senara. “Aku tidak akan mengangkat pedang untuk mereka, tetapi aku akan menggunakan otakku untuk melindungimu dan kampung ini. Jika mereka melihatku… jika mereka berhasil menangkapku… itu berarti sudah takdirku.”

​Senara membalas pelukannya dengan kekuatan penuh. Ia tidak bisa membayangkan hidup tanpanya, apalagi sekarang, setelah mereka berbagi momen keintiman. “Aku tidak mau kau pergi,” isak Senara. “Aku mau kita bersembunyi. Bersama.”

​Renji melepaskan pelukannya, meski tangannya masih memegang pipi Senara. Ia tersenyum tipis—senyum langka yang hanya untuknya. “Jika aku lari, ancaman itu akan tetap ada. Dan saat ancaman itu datang lagi, siapa yang akan melindungi kampung ini? Siapa yang akan melindungimu? Kita berhutang banyak pada mereka, Nara-chan.”

Ia menarik napas, matanya memancarkan ketulusan yang dalam. “Aku tidak akan mati untuk mereka, tapi aku akan hidup... untukmu.”

Kalimat itu menenangkan Senara. Ia tahu, kata-kata itu adalah janji suci seorang prajurit.

​Renji menoleh ke Lukas dan Jau.

​“Lukas, Jau,” perintah Renji, nada suaranya kembali ke mode militer. “Kita pergi sekarang.”

​Mereka segera meninggalkan pondok. Menuju ke kampung yang penuh bahaya, menuju ke pertempuran strategi yang akan menentukan nasib seluruh warga. Renji kini tidak lagi bersembunyi dari perang, tetapi ia memilih untuk bertarung dalam perang itu, demi cinta dan orang-orang yang telah menerima bayangannya.

Lihat selengkapnya