Cinta Terlarang di Tanah Jajahan

Desy Cichika
Chapter #152

Nama yang Dipulihkan (Bagian 1)

Aku tumbuh dengan satu lubang dalam silsilah keluarga kami.

Namanya selalu disebut dengan suara yang diturunkan setengah nada—seperti doa, seperti luka lama yang tak ingin disentuh terlalu keras.

Takeyama Renji.

Ojii-chan yang “menghilang”.

Sejak kecil aku tahu satu hal—kami adalah keluarga yang lengkap, tapi tidak utuh.

Ada ayah, ada ibu, ada kakek dan nenek, ada tawa di meja makan, dan cerita-cerita yang berulang tentang kakek buyutku setiap kali hujan turun lebih lama dari biasanya. Tapi selalu ada satu titik yang tak pernah dilewati.

Setiap kali aku bertanya, jawabannya selalu sama.

“Dia tidak kembali.”

“Atau mungkin tidak ingin kembali.”

“Atau mungkin memilih hidup lain.”

Kalimat-kalimat itu terdengar rapi—terlalu rapi untuk sebuah kebenaran.

Obaa-chan Senara tidak pernah mengatakan suaminya meninggalkan kami. Ia juga tidak pernah berkata sebaliknya. Ia hanya menyebut nama itu—Renji—dengan cara yang sama. Tenang, pasrah, tapi selalu penuh cinta.

Ia tidak menikah lagi.

Tidak membuka pintu untuk cinta lain.

Tidak mengutuk. Tidak menyalahkan.

Ia hanya menunggu.

Sebagai anak kecil, aku mengira itu bentuk kesetiaan yang indah.

Sebagai remaja, aku menganggapnya pengorbanan yang sia-sia.

Dan sebagai orang dewasa… aku mulai curiga bahwa mungkin, Obaa-chan tahu sesuatu yang tidak pernah ia ucapkan.

Aku adalah Zalya Hana Takeyama, generasi keempat dari keturunan Renji dan Senara.

Jarak waktuku dengan Renji Takeyama terlalu jauh untuk disebut kehilangan langsung—tapi anehnya, aku tumbuh dengan rasa rindu pada seseorang yang bahkan tidak pernah kutemui.

Setiap foto keluarga selalu berhenti di satu titik.

Setiap cerita perang selalu berakhir sebelum kalimat “lalu dia pulang”.

Dan setiap kali aku menatap wajah Ojii-san Haruki—wajah yang keras, tenang, dan terlalu dewasa untuk seseorang yang kehilangan ayah sejak kecil—aku tahu satu hal...

Cerita ini belum selesai.

Aku tidak mulai mencari karena dendam.

Aku juga tidak mencari karena ingin membuka luka lama.

Aku mencari karena ada ketidakadilan dalam kalimat “dia tidak kembali”.

Renji Takeyama bukan pria yang meninggalkan dengan mudah—setidaknya itulah yang selalu diajarkan Obaa-chan tanpa kata-kata.

Ia mengajarkannya lewat cara ia menunggu.

Lewat cara ia menatap langit.

Lewat cara ia selalu berkata, “Dia selalu pulang”.

Aku tidak percaya pada takdir yang malas.

Aku percaya pada sebab-akibat.

Dan jika Renji Takeyama benar-benar tidak kembali, maka pasti ada sesuatu yang menghalanginya.

Lihat selengkapnya