Cinta Untuk Hasna

Dea Ayusafi
Chapter #1

Sebuah Kabar

Apakah ini adalah jawaban atas segala doa yang kupanjatkan selama ini? Jika memang semua ini adalah jalan terbaik untukku ... aku ikhlas melepasmu meski tanpa pernah memilikimu.

Aku tidak ingin berharap banyak. Aku hanya ingin seseorang yang bisa menerimaku apa adanya. Berjuang bersama menjemput ridho Allah dan kedua orang tua.

***

Setelah lulus kuliah satu tahun yang lalu. Hasna memilih memfokuskan diri menjalankan usaha milik orang tuanya. Masih segar dalam ingatan. Sejak usianya menginjak tujuh tahun. Pada awalnya mereka hanya merintis usaha katering rumahan. Sekarang, usaha tersebut sudah berkembang pesat. Bukan hanya berfokus pada katering saja. Usaha mereka saat ini sudah merangkap sewa pelaminan dan berbagai keperluan pesta lainnya.

Pasang surut merintis usaha bukan hal yang baru. Mereka sudah banyak makan asam garam kehidupan beberapa tahun terakhir. Bukan sekali dua kali, mereka hendak gulung tikar. Akan tetapi, mereka percaya dan menyakini. Bahwa ikhtiar yang dilakukan dengan bersungguh-sungguh, tidak akan pernah mengkhianati hasil akhir. Dan, ya, sekarang mereka sudah bisa menikmati hasil dari kerja keras merek selama ini.

Hasna sangat bahagia diselimuti rasa syukur atas rutinitasnya di galeri. Hitung-hitung tanda berbakti kepada orang tuanya. Menurut Hasna, sudah waktunya bagi orang tuanya untuk menikmati sisa hidup mereka. Sekarang biarkan dirinya saja yang bertanggung jawab menjalankan usaha tersebut.

Perempuan berhidung mancung itu mempunyai impian. Ia ingin memiliki usaha sendiri di kemudian hari. Harapannya hanya satu. Dengan berdirinya usaha miliknya itu. Ia dapat membuka lapangan pekerjaan. Paling tidak semasa hidupnya, ia ingin menjadi seorang manusia yang bermanfaat bagi orang lain.

Oleh karena itulah, ia sangat bersungguh-sungguh mengelola usaha tersebut. Selayaknya jam terbang yang kelak akan bermanfaat di kemudian hari. Perempuan berkerudung abu muda itu percaya. Sekecil apa pun pengalaman yang ada, adalah guru terbaik di masa yang akan datang.

Umaiza Wedding harus terus berjaya, cemerlang dan membawa berkah. Seperti halnya Umaiza yang diambil dari nama belakangnya, yang berarti cemerlang dan cantik.

Perempuan itu usai merapikan meja tamu. Menumpuk dua album contoh dekor pelaminan serta daftar menu katering menjadi satu tumpukkan. Satu poin penting. Meskipun ia adalah anak dari pemilik usaha tersebut. Bukan berarti ia bisa ringan tangan dan membebankan segala pekerjaan pada para pegawainya. Karena ia sadar. Tujuannya berada di sana bukan untuk ongkang-ongkang kaki.

Hasna memang sering kali turun tangan melayani calon konsumen. Selain untuk mengenali secara langsung karakteristik konsumennya. Ia juga ingin menjalin hubungan baik dengan mereka. Siapa tahu dengan begitu, mereka akan merasa puas dan merekomendasikan Umaiza Wedding pada sanak kerabatnya. Oleh karena itulah, pegawai yang ada di sana sangat menyukai kehadiran Hasna. Jarang-jarang mereka mendapatkan seorang atasan yang baik hati sepertinya.

Siang itu cuaca cukup bersahabat. Di luar sana langit cukup cerah berawan. Seseorang perempuan muda membuka pintu kaca galeri Umaiza Wedding. Melangkahkan kaki jenjangnya masuk ke dalam dengan pasti.

Perempuan yang menggenakan setelan syar'i biru muda itu mengucapkan salam pada Hasna. “Asalamualaikum.”

Lihat selengkapnya