Cinta Untuk Hasna

Dea Ayusafi
Chapter #6

Kenangan

Dari jendela kamar, perempuan itu memandang langit biru yang sudah menjelma hitam pekat. Jam sepuluh malam. Ia belum mengantuk. Sebab, ada sesuatu yang mengusik pikirannya.

Kotak berwarna cokelat di hadapannya benar-benar menggetarkan hati. Sejak bersahabat dengan Isti. Hasna memang sering kali memberi dua beradik itu beraneka ragam hadiah. Bukan tanpa alasan memang. Sebab, bagi seorang Hasna, mereka berdua adalah salah satu dari sekian orang-orang spesial dalam hidupnya. Menjadi anak semata wayang membuatnya begitu mengharapkan kehadiran seorang saudara. Satu hal yang tidak terduga. Ia malah jatuh cinta pada Farhan.

Di sisi lain, Hasna masih tidak percaya. Farhan akan setega itu mengembalikan semua hadiah yang pernah ia berikan. Hasna tentu saja tidak mungkin menceritakan masalah ini kepada Isti. Sebab, dengan menceritakan semua masalah ini. Secara tidak langsung ia telah mengakui perasaannya. Perasaan yang sudah sejak lama ia simpan rapat-rapat. Dan, sampai kapan pun, Hasna telah berjanji pada dirinya sendiri bahwa ia tidak akan pernah melakukannya.

Sudah cukup. Hasna ingin sekali mengakhiri semuanya sekarang juga. Ia tidak ingin menyimpan luka karena cintanya yang kadas tidak bertuan. Meskipun perasaannya tak terbalaskan, Hasna akan tetap bahagia jika melihat Farhan bahagia. Itu sudah cukup baginya.

Bukankah ketika kita memutuskan untuk mencintai seseorang, tanggung jawab untuk membuatnya bahagia adalah tugas kita? Jika ternyata tugas itu bukan milik kita. Mungkin itu pertunjukan dari Sang Pencipta, ia bukanlah orang yang harus kita bahagiakan di dunia ini.

Hasna menghela napas berat. Ternyata diam-diam Farhan sudah mengetahui perasaannya. Ingin sekali Hasna mengubur wajahnya di dasar laut yang paling dalam saat ini juga. Jika sudah berakhir seperti ini. Apakah hubungan pertemanan mereka akan seperti sedia kala? Hasna sudah tahu jawabannya. Tentu saja tidak.

Memberanikan diri. Dengan gerakan perlahan Hasna membuka penutup kotak itu. Dan tampaklah segala macam barang-barang pemberiannya. Akan tetapi, ada satu barang yang membuat Hasna kaget akan keberadaannya. Yaitu diari miliknya yang hilang saat ia masih SMA.

Bagaimana bisa diari miliknya ada pada Farhan? Jika memang diarinya tertinggal di rumah Isti sewaktu ia berkunjung. Kenapa Farhan tidak langsung mengembalikannya? Melainkan malah membacanya tanpa izin dan membuat Hasna tidak ada muka untuk bertemu dengannya lagi! Jika Farhan tidak pernah membacanya diarinya. Bagaimana mungkin Farhan bisa tahu soal perasannya? Itu pertanda, jika pria itu membaca diari miliknya.

Lembaran demi lembaran yang penuh tulisan tangannya masih terlihat sama. Terutama barisan kata tentang ungkapan perasaannya pada Farhan. Hasna tertawa pilu. Ia benar-benar merasa bodoh. Bagaimana mungkin ia menuliskan perasaannya di dalam buku diari.

Hasna memasukkan kembali semua barang ke dalam kotak itu. Ia pun merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur. Berusaha memejamkan mata. Tidak boleh ada lagi air mata malam ini. Selama ini Farhan sudah mengetahui tentang perasaannya. Sedangkan ia bersusah payah menutupi semua itu? Hidupnya benar-benar lucu.

***

Lihat selengkapnya