Cinta untuk Rumi

Jee Luvina
Chapter #6

Bandung yang Indah #6

Hari yang dinanti untuk perjalanan ke Bandung akhirnya tiba. Pagi itu, Syifa sibuk menyiapkan barang-barang yang akan dibawa, memastikan semuanya siap sebelum mereka berangkat. Di luar, Ali sudah menunggu dengan penuh antusias, berdiri di depan rumah sambil mengecek ponselnya sesekali.

Ketika semuanya sudah siap, mereka semua masuk ke dalam mobil yang akan membawa mereka ke Bandung. Ali memilih duduk di depan bersama driver, sementara Syifa dan Rumi duduk di baris tengah, berdampingan dengan penuh kehangatan. Mobil pun mulai bergerak, meninggalkan hiruk-pikuk Jakarta menuju suasana yang lebih tenang di Bandung.

Perjalanan dari Jakarta menuju Bandung, meskipun cukup panjang, terasa menyenangkan. Jalan tol yang mereka lalui cukup lancar, dan pemandangan yang perlahan berubah dari gedung-gedung tinggi menjadi hamparan hijau perbukitan memberikan rasa tenang. Langit cerah pagi itu, dan sinar matahari yang lembut menembus kaca mobil, membuat perjalanan terasa nyaman.

Di sepanjang perjalanan, mereka berbincang-bincang ringan, kadang membahas tentang rencana mereka setibanya di Bandung, kadang juga hanya menikmati keheningan yang damai. Syifa, yang sedikit khawatir tentang pertemuan antara Ali dan Zara, sesekali melirik Rumi yang tampak tenang di sampingnya. Kehadiran Rumi di sisinya selalu membuatnya merasa lebih aman dan percaya diri.

Setelah beberapa jam perjalanan, mereka akhirnya tiba di Bandung. Udara sejuk langsung menyambut mereka, memberikan suasana yang berbeda dari panasnya Jakarta. Mereka langsung menuju penginapan yang telah mereka pesan di daerah Dago, sebuah kawasan yang terkenal dengan pemandangan indah dan suasana yang tenang.

Penginapan yang mereka pilih adalah hotel dengan desain modern yang berpadu dengan unsur-unsur alam. Begitu tiba di lobi hotel, Syifa merasa lega melihat Zara sudah menunggu di sana, tepat seperti yang mereka perkirakan. Zara, dengan senyum yang ceria, melambai kepada mereka begitu melihat Syifa dan Rumi keluar dari mobil.

"Hei, akhirnya kalian sampai juga!" sapa Zara dengan antusias.

Syifa tersenyum lebar, merasa senang melihat sahabatnya itu. "Iya, Alhamdulillah lancar perjalanannya."

Rumi dan Ali juga keluar dari mobil, dan Zara mengalihkan pandangannya ke Ali, sedikit tersenyum canggung. Syifa bisa merasakan ketegangan ringan di antara mereka, tetapi ia tahu bahwa pertemuan ini adalah awal dari sesuatu yang baik. Mereka semua lalu berjalan bersama masuk ke dalam hotel, siap untuk memulai liburan dan pertemuan yang mungkin akan membawa banyak kebahagiaan baru.

Saat mereka melangkah ke lobi hotel, Zara mendekatkan diri ke Syifa dan berbisik, "Lho, kok Ali ikut?"

Syifa tersenyum licik, "Iya, dia buat nemenin lo biar gak jadi nyamuk, haha."

Zara mendengus, merasa sedikit terganggu tapi juga tidak bisa menahan senyumnya. "Ih, apaan sih lo..."

Mereka pun melanjutkan proses check-in di resepsionis. Ketika Zara melihat mereka memesan tiga kamar, dia langsung kebingungan. "Lho, kok tiga kamar?"

Syifa dengan santai menjawab, "Ya biar lo gak capek bolak-balik kosan."

Zara terdiam, bingung harus merespons bagaimana. Sementara itu, Ali hanya tersenyum kecil di dekat mereka, tampaknya lega bahwa dia akan berada dekat dengan Zara selama di Bandung.

Setelah selesai check-in, Syifa mengatur rencana mereka. "Kita istirahat dulu ya, nanti satu jam lagi kita ketemu di lobi dan lanjut jalan-jalan," katanya sambil memberikan kunci kamar kepada Zara dan Ali.

Mata Zara dan Ali sempat bertemu dalam pandangan yang canggung, keduanya merasa sedikit aneh dengan situasi ini. Mereka kemudian menuju kamar masing-masing, membawa perasaan yang bercampur aduk.

Di kamarnya, Zara merasa bingung dengan apa yang Syifa rencanakan. Dia duduk di tempat tidur, memikirkan kejadian tadi. "Apa sih yang Syifa rencanain?" pikirnya sambil menatap langit-langit kamar. Dia merasa grogi, belum siap menghadapi situasi ini, apalagi dengan Ali yang tiba-tiba menunjukkan ketertarikan kepadanya.

Sementara itu, di kamar lain, Ali juga merasa tegang. Dia berharap Zara bisa menyambut perasaannya, tetapi dia juga sadar bahwa ini semua perlu waktu. Ali berbaring di tempat tidur, mencoba menenangkan diri, berharap pertemuan mereka nanti akan berjalan baik.

Zara, yang merasa tak sabar dan bingung, akhirnya memutuskan untuk menghubungi Syifa sebelum waktu yang mereka tentukan tiba.

"Serius, sebenarnya lo punya rencana apa sih ke Bandung bawa Ali?" tanya Zara langsung to the point, suaranya penuh dengan ketidakpastian.

Syifa terkejut mendengar nada suara Zara yang tiba-tiba, "Lo ngagetin gue, Zar! Serius, salam dulu kek."

"Udah deh, biar cepet," ucap Zara, tak mau berlama-lama berputar-putar dalam pembicaraan.

Syifa menarik napas, mencoba menjelaskan dengan tenang, "Ali suka sama lo pas pandangan pertama waktu ketemu lo di nikahan gue. Dia pengen kenalan sama lo, Zar. Ya gue pikir sekalian aja, gue honeymoon terus lo kenalan sama dia kan."

Zara terdiam sejenak, lalu dengan nada sedikit sebal, ia bertanya, "Apaan sih, kok lo nggak bilang gue dulu?"

Syifa tertawa kecil, "Udah, lo kenalan dulu aja. Kalau cocok, lanjut. Kalau enggak, ya nggak apa-apa. Ali cuma sampai sebulan kok di sini, habis itu balik ke Jerman lagi."

Lihat selengkapnya