"Kebahagiaan sejati adalah pulang, bukan ke sebuah tempat, tapi ke hati yang saling mencintai."
Pagi hari di Bandung selalu memancarkan pesona yang menenangkan. Udara sejuk khas pegunungan menyelimuti kota, membawa kesegaran yang jarang ditemukan di kota-kota besar lainnya. Langit berwarna biru lembut, dengan awan-awan putih tipis yang bergerak perlahan, seolah ikut menikmati ketenangan pagi.
Matahari pagi memancarkan sinar keemasan yang hangat, menerangi pepohonan hijau dan rumah-rumah dengan arsitektur unik yang tersebar di seluruh kota.
Di tempat mereka menginap, ada Syifa, Rumi, Zara, dan Ali yang sedang berkumpul untuk sarapan bersama di restoran hotel. Restoran itu dipenuhi dengan cahaya alami yang masuk melalui jendela-jendela besar, memberikan suasana yang cerah dan menyenangkan. Mereka duduk di meja yang menghadap ke taman hotel yang indah, dikelilingi oleh tanaman hijau dan bunga-bunga yang mekar, menambah kesegaran pagi itu.
Mereka berbincang-bincang dengan riang, diselingi dengan tawa ringan. Percakapan mereka mengalir santai, membahas berbagai hal mulai dari kegiatan mereka di Bandung hingga rencana ke depan. Suasana di antara mereka begitu akrab, menandakan hubungan yang semakin erat di antara keempatnya.
Di tengah sarapan, Syifa dan Rumi memberi kabar bahwa mereka akan kembali ke Jakarta hari itu. "Kami harus kembali ke Jakarta setelah sarapan," kata Syifa, dengan nada yang sedikit berat namun tetap tersenyum.
Zara dan Ali mengangguk mengerti. "Oke, kami juga akan melanjutkan jalan-jalan sebentar di Bandung," ujar Zara, sambil melihat ke arah Ali.
Ali menambahkan, "Setelah itu, saya juga akan lanjut ke rumah Bapak dan Ibu di Sumedang."
Setelah sarapan selesai, Syifa dan Rumi kembali ke kamar mereka untuk bersiap-siap pulang. Mereka mengemas barang-barang dan bersiap meninggalkan kota Bandung dengan hati yang penuh kenangan manis. Sementara itu, Zara dan Ali memutuskan untuk tetap tinggal di Bandung sejenak, menikmati kota yang menawan ini sebelum melanjutkan perjalanan mereka masing-masing.
Zara dan Ali menghabiskan beberapa jam lagi menjelajahi Bandung, menikmati suasana pagi yang tenang dan indah. Mereka berjalan-jalan di sepanjang jalan-jalan kecil yang dipenuhi dengan kafe-kafe unik dan toko-toko kecil, berbincang-bincang dengan santai, semakin mengenal satu sama lain.
Akhirnya, setelah puas menjelajahi kota, Ali mengantar Zara kembali ke kosannya. Mereka saling berpamitan dengan senyum di wajah masing-masing, merasa puas dengan waktu yang telah mereka habiskan bersama. Ali kemudian melanjutkan perjalanannya ke Sumedang, menuju rumah orang tuanya, dengan hati yang tenang dan penuh harapan untuk masa depan.
Begitu juga dengan Zara, yang kembali ke kosannya dengan perasaan yang campur aduk antara kebahagiaan dan ketenangan, siap menghadapi hari-hari berikutnya dengan semangat yang baru.
Setelah beberapa hari kembali dari Bandung, Rumi sibuk mengurus berbagai dokumen terkait jual beli rumah, memastikan segala urusan administratif berjalan lancar. Sementara itu, Syifa sibuk membereskan barang-barang di rumah lama mereka, memisahkan mana yang akan dibawa ke rumah baru dan mana yang tidak. Setiap sudut rumah lama mulai terlihat kosong, sedikit demi sedikit semua barang dimasukkan ke dalam kotak-kotak kardus.
Akhirnya, hari yang dinanti-nanti pun tiba, hari di mana mereka akan pindah ke rumah baru. Suasana di rumah lama penuh dengan kesibukan. Tim jasa pindahan datang dengan mobil box besar, siap mengangkut semua barang ke tempat yang baru. Para pekerja pindahan dengan cekatan mulai mengangkat kardus-kardus, furnitur, dan barang-barang lainnya ke dalam mobil. Rumi dan Syifa saling mengawasi, memastikan semua berjalan sesuai rencana.
Setelah semua barang terangkut, mereka berdua mengikuti mobil pindahan menuju rumah baru. Sesampainya di sana, suasana berubah menjadi penuh harapan. Rumah baru yang mereka pilih dengan hati-hati kini berdiri kokoh di hadapan mereka, menunggu untuk dihuni dan diisi dengan kenangan-kenangan baru.
Para pekerja pindahan dengan sigap mulai menurunkan barang-barang dan membawanya ke dalam rumah. Syifa mengarahkan di mana setiap kotak dan furnitur harus ditempatkan, sementara Rumi memastikan semua proses berjalan dengan lancar. Rumah yang tadinya kosong perlahan-lahan mulai diisi, dengan setiap barang menemukan tempatnya masing-masing.
Ketika semua barang sudah masuk dan para pekerja pindahan selesai dengan tugas mereka, Rumi dan Syifa akhirnya bisa bernapas lega. Mereka berdiri di ruang tengah, mengamati rumah baru mereka yang kini mulai terasa seperti rumah.
Suasana rumah baru terasa berbeda, ada kombinasi antara perasaan lega, bahagia, dan sedikit canggung karena ini adalah pertama kalinya mereka benar-benar tinggal di sini. Syifa duduk di sofa, merasakan kenyamanan yang masih baru namun menjanjikan. Sinar matahari sore masuk melalui jendela besar, menerangi ruangan dengan cahaya hangat, membuat suasana semakin nyaman.
Rumi kemudian duduk di samping Syifa, memeluknya dengan lembut. "Akhirnya, kita di sini," katanya dengan senyum.
Syifa mengangguk, tersenyum bahagia. "Iya, akhirnya kita punya rumah yang benar-benar kita pilih dan isi bersama."
Mereka berdua menikmati momen itu, menyadari bahwa ini adalah awal dari babak baru dalam hidup mereka. Rumah baru ini bukan hanya sekadar tempat tinggal, tetapi juga tempat di mana mereka akan membangun masa depan, menciptakan kenangan-kenangan indah bersama, dan membesarkan keluarga mereka. Perasaan tenang dan harapan menyelimuti mereka, menandakan bahwa perjalanan baru mereka bersama baru saja dimulai.