Gita turun, Gita bingung melihat semua orang duduk di ruang keluarga.
"Ada apa ini?"
"Tadi kami melihat Ghea telepon dengan laki-laki yang dia cintai, dan Ghea terlihat sangat bahagia." Reva tersenyum bahagia menjelaskan semuanya.
"Semoga kalian langgeng, ayo kita makan Ghea. Aku lapar," Gita tersenyum.
"Iya Gita," Ghea tersenyum, mereka makan bersama. Ghea dan Gita berangkat ke kampus bersama, Ghea mendapatkan chat dari Henry.
Gita sekilas menatap Ghea, Gita melihat Ghea sangat bahagia. Ghea membalas chat tersebut, Ghea memasukkan handphone ke dalam tas.
"Bahagia sekali ya memiliki pacar yang perhatian begitu," Gita tersenyum menatap Ghea.
"Iya, aku sangat bahagia ketika bersamanya." Ghea tersenyum.
"Semoga kalian bisa bersama selamanya, aku tidak bisa bayangkan jika kamu kehilangan dia." Gita tersenyum.
"Mungkin rasanya sangat sakit, sama seperti kamu kehilangan kak Vero." Ghea menatap Gita dengan serius.
"Iya sangat menyakitkan, hingga aku juga menyakiti hati Bintang." Gita tersenyum dengan sedih menatap Ghea.
"Semoga ada orang sebaik Bintang yang membuat kamu bahagia, Bintang juga ingin melihat kamu bahagia." Ghea tersenyum menatap Gita.
"Aamiin, semoga Bintang juga bahagia di tempat yang baru ya." Gita sedih mengingat tentang Bintang.
"Setelah kuliah hari ini, kamu mau kemana?" Ghea bertanya dengan serius.
"Aku ingin ke makam Bintang, sudah 2 minggu aku tidak kesana." Gita tersenyum.
"Kamu masih sering ke makam Bintang ya, aku pikir kamu sudah jarang ke makam."
"Aku akan tetap ke makam, bagaimana juga kematian Bintang adalah kesalahan aku."
"Ya sudah, kapan-kapan kita ke makam bersama. Aku juga sudah lama tidak ke makam Bintang, kamu mau kan Gita?"
"Iya Ghea," Gita tersenyum.
Mereka masuk ke dalam kelas, pak Tono mengajar. Jam setengah 11 siang. Pak Tono menempelkan brosur di papan tulis, semua menatap dengan serius.
"Ini brosur untuk KKN pertama yang dilakukan 2 minggu kedepan, jika di kelas ini ada yang minat ikut KKN lebih awal dengan kakak kelas. Silahkan hubungi bapak, kelas kita akhiri dan selamat siang."
Pak Tono pergi, beberapa orang melihat kertas itu, Fauzan dan Leon membaca dengan serius. Leon mendekati Ghea dan tersenyum, Gita kesal melihat tingkah Leon.
"Kamu kenapa melihat Ghea seperti itu?" Gita menatap dengan tajam ke arah Leon.
"Gak usah ikut campur deh Gita, ini bukan urusan kamu." Leon tersenyum dengan sinis ke arah Gita, Fauzan menarik nafas melihat kelakuan temannya.
"Ada apa Leon?" Ghea bertanya dengan serius.
"Kakak ipar mau ikut KKN pertama itu tidak?" Leon tersenyum dengan ramah ke arah Ghea, Ghea terdiam. Gita yang marah, menjewer telinga Leon, Leon kesakitan.