Cinta untuk sahabat

Widayanti
Chapter #19

Saling mengenal#19

Satu minggu berlalu, Ghea sangat merindukan Henry.

"Ghea tunggu," Ghea berhenti berjalan dan menatap Fauzan.

"Ada apa Fauzan?"

"Mau makan siang bersama?"

"Boleh," Ghea tersenyum dengan ramah.

Mereka makan bersama, Henry sedang perjalanan ke kampus Ghea. Henry menelepon kekasihnya, Ghea menerima panggilan telepon

"Halo sayang, kamu dimana?" Henry tersenyum menatap Ghea

"Sedang di kantin kampus, kenapa sayang?" Ghea tersenyum menatap Henry di handphone.

"Kamu pulang jam berapa? Biar aku jemput." Henry tersenyum.

"Aku sebentar lagi pulang, tapi aku bawa mobil sendiri. Tadi pagi Gita sakit, jadi aku berangkat sendiri."

Ghea tersenyum, Fauzan sakit hati melihat Ghea yang bahagia dengan kekasihnya. Ghea melihat Fauzan yang sedih dan sakit hati, Ghea berusaha tersenyum.

"Aku ingin memperkenalkan kamu dengan seseorang, kamu mau?"

"Siapa?"

"Temanku, namanya Fauzan. Tapi kamu jangan salah paham, kami hanya makan bersama." Ghea tersenyum, Henry marah tapi berusaha menahan amarahnya.

"Aku mau berkenalan dengannya," Henry tersenyum.

"Fauzan, aku mau memperkenalkan pacar aku. Kamu mau berkenalan dengannya?" Ghea tersenyum dengan sopan.

"Iya, aku mau berkenalan dengannya." Fauzan tersenyum menahan rasa sakit.

"Kamu cepat kesini, aku akan perkenalkan." Ghea tersenyum.

"Iya sayang, bye sayang." Henry tersenyum.

"Bye sayang," Ghea tersenyum, Ghea mematikan telepon.

"Pak, ke kampus sekarang." Henry bersandar.

"Baik tuan," Sopir menjalankan mobil ke kampus Ghea, Henry menahan amarahnya.

'Apa ini yang dirasakan Ghea saat aku bersama Gita?' ucap Henry dalam hati, Henry memejamkan mata. Henry merasa bersalah pada Ghea.

"Pacar kamu romantis ya Ghea," Fauzan menatap Ghea dengan serius.

"Tidak juga, terkadang dia manja seperti anak kecil." Ghea tersenyum.

"Kamu bahagia bersama dia?"

"Sangat bahagia, bersamanya semua terasa indah walaupun hal sederhana yang kami lakukan." Ghea tersenyum, hati Fauzan hancur melihat Ghea yang sangat mencintai laki-laki itu. Henry sampai di kampus.

"Tunggu sebentar ya pak," Henry berkata dengan sopan.

"Iya tuan Henry," Sopir menoleh, sopir tersenyum dengan ramah.

Lihat selengkapnya