Jam 5 pagi Ghea terbangun, Ghea memasak nasi. Menunggu nasi matang akhirnya Ghea mandi. Setelah mandi, Ghea masuk ke kamar. Ghea melihat ada banyak telepon dari Henry, Ghea melihat foto Henry.
"Maafkan aku Henry, aku juga sangat merindukan kamu. Ini yang terbaik untuk kita."
Ghea berdandan, Ghea membangun temannya. Laura dan Rika terbangun, mereka mandi secara bergantian. Ghea memasak telur goreng dan sayur sup, Laura dan Rika tersenyum mencium aroma masakan Ghea.
"Aromanya enak banget Ghea," Laura tersenyum.
"Ternyata kamu pintar masak ya Ghea," Rika memuji.
"Kalian berlebihan, ini makanan sederhana." Ghea tersenyum.
"Apa kita ajak anak laki-laki makan disini juga?" Rika bertanya dengan bingung.
"Boleh, ayo kita ajak mereka makan bersama." Ghea tersenyum, mereka mengetuk pintu rumah anak laki-laki.
10 menit berlalu, tidak ada yang membuka pintu. Ghea mendengar Henry menelepon dirinya, Ghea tidak mengangkat telepon.
"Sepertinya mereka masih tidur," Laura menatap Ghea dan Rika dengan bingung.
"Kita makan dulu saja, nanti setelah makan baru bangunkan mereka lagi." Ghea tersenyum.
"Aku setuju, aku sangat lapar." Rika tersenyum bahagia, mereka makan bersama. Henry masih menelepon, Laura menatap Ghea.
"Kenapa tidak diangkat Ghea?" Laura bertanya dengan bingung.
"Aku tidak ingin balikan dengannya," Ghea tersenyum.
"Memang apa kesalahannya Ghea sampai kamu menghindari dia?" Rika bertanya, Ghea terdiam.
"Sudah Ghea tidak perlu dijawab pertanyaan Rika," Laura tersenyum.
"Sebenarnya, Henry pacarnya Gita." Ghea menjelaskan, Rika dan Laura terkejut.
"Gita sahabatmu?" Rika bertanya.
"Gita dan Henry sama-sama tidak memiliki perasaan, karena Henry baik. Aku jatuh cinta pada Henry, aku ikut KKN karena ingin menghindari Henry." Ghea menjelaskan.
"Aku tidak menyangka cinta pertama kamu serumit ini," Laura merasa kasihan.
"Lalu kenapa kamu tidak jujur saja pada Gita, dengan begitu kamu dan Henry bisa bersama." Rika menatap Ghea dengan serius.
"Tidak, Gita sudah mendapatkan banyak luka. Aku tidak ingin menambah luka dihati Gita," Ghea tersenyum.
"Sepertinya Leon dan Fauzan perhatian sama kamu, kenapa kamu tidak coba dekati mereka." Laura tersenyum.
"Leon tidak menyukai aku, Fauzan sudah aku anggap seperti kakak."
"Ternyata ribet ya," Rika merasa kasihan pada Ghea.
"Kalian sudah makannya? Biar aku yang cuci piring," Ghea berdiri.
"Sudah Ghea, biar aku yang cuci." Laura tersenyum mengambil piring.
"Terima kasih," Ghea tersenyum, Ghea melihat Henry video call. Ghea menarik nafas untuk menahan perasaannya, Ghea menerima panggilan telepon dari Henry.
"Ada apa Henry?"
"Sayang, aku merindukan kamu." Henry merengek seperti anak kecil.