"Papa yang terbaik," Ghea memeluk ayahnya, Ghea tersenyum bahagia.
"Papa akan lakukan apapun untuk kamu sayang," Agung tersenyum memeluk putrinya, Ghea melepaskan pelukannya.
"Aku percaya sama papa, terima kasih papa cepat datang kesini." Ghea tersenyum.
"Kalian ada masalah apa dengan Edi dan putrinya?" Agung bertanya dengan bingung.
"Mereka menipu kak Vino dengan nama papa, dan putrinya pak Edi ingin memisahkan Gita dan kak Vino." Ghea menjelaskan.
"Bagaimana kamu tahu tentang semuanya?"
"Dia sendiri yang bilang putri dari perusahaan Agung Jaya," Ghea tersenyum.
"Anak papa memang hebat dan pintar," Agung mencubit pipi putrinya dan tersenyum.
"Papa mau bantu perusahaan kak Vino?" Ghea bertanya dengan semangat.
"Apapun keinginan kamu akan papa lakukan," Agung tersenyum.
"Terima kasih pa, sebentar." Ghea mendekati Gita.
"Ada apa Ghea?"
"Kak Vino sini, katanya tadi ingin mengatakan sesuatu pada Gita." Ghea mundur, Vino berlutut didepan Gita. Vino membuka kotak berisi cincin, Gita terkejut.
"Gita aku sangat mencintaimu, aku ingin kamu menjadi istriku." Vino tersenyum menatap Gita.
"Menurut om bagaimana?" Gita tersenyum menatap Agung.
"Terserah kamu Gita, saya hanya bisa merestui." Agung tersenyum.
"Jadi apa jawaban kamu?" Vino menunggu dengan khawatir.
"Aku mau," Gita tersenyum bahagia menatap Vino, Vino tersenyum bahagia dan memasangkan cincin di jari Gita.
Vino memeluk Gita, semua merasa bahagia. Akhirnya Gita menemukan kebahagiaan, akhirnya ada yang menjaga dan mencintai Gita.
"Terima kasih om, selama ini om sudah menjaga dan sangat menyayangi Gita seperti putri om sendiri." Gita tersenyum.
"Tentu om sangat menyayangi kamu seperti putri, kamu tidak perlu mengatakan terima kasih." Agung tersenyum.
"Aku sangat menyayangi om dan tante," Gita tersenyum.
"Besok jam 7 malam, kamu dan orang tua kamu datang ke rumah. Saya ingin kamu secepatnya melamar putriku Gita." Agung berkata dengan tegas.
"Iya om, besok saya akan melamar Gita." Vino tersenyum menatap Gita.
"Kalau begitu papa kembali ke kantor," Agung pergi.
Keesokan harinya Reva dan Tiana sibuk mengobrol di taman, Handoko memilih bekerja karena ada meeting penting. Gita dan Ghea sibuk memasak, Henry tersenyum melihat istrinya.
Agung mendekati menantunya dan duduk di meja makan, Henry berpura-pura mengetik di laptop.
"Ada apa pa?" Henry bertanya dengan sopan.
"Terima kasih ya nak, kamu sudah mencintai dan menjaga Ghea." Agung tersenyum.
"Papa tidak perlu berterima kasih, aku akan melakukan apapun untuk Ghea." Henry tersenyum.
"Saya bersyukur, Ghea mendapatkan laki-laki yang sangat baik seperti kamu. Papa titip Ghea, jaga Ghea dan buat Ghea bahagia." Agung bebicara dengan serius.
"Iya pa, tanpa papa minta. Aku pasti menjaga Ghea dan membuat Ghea bahagia."