Pagi pun tiba dengan pelan, sinar matahari menembus tirai kamar mereka, seakan mengajak mereka untuk bangun dan menghadapi dunia lagi. Hari Minggu yang sejuk itu menyapa dengan keheningan yang berbeda dari biasanya. Syifa dan Zara bergegas keluar kamar, mencoba melupakan malam yang berat dengan aktivitas yang lebih ringan.
Petugas villa datang membantu mereka membawa barang-barang ke dalam mobil. Suasana sedikit canggung ketika Rumi dan Syifa saling bertukar pandang. Senyum yang mereka berikan satu sama lain tampak kaku, seperti ada beban tak terlihat yang masih menahan mereka untuk berbicara lebih banyak. Keduanya mencoba bersikap biasa, namun jelas terasa ada sesuatu yang belum selesai di antara mereka.
Zara, yang selalu peka terhadap suasana, segera menangkap momen ini. Dengan cepat, ia mengusulkan, "Gimana kalau sebelum pulang kita mampir dulu ke Farmhouse? Tempatnya asyik, loh. Bisa main-main sebentar sambil menikmati pemandangan."
Rumi dan Syifa saling melirik sebelum mengangguk setuju. "Boleh juga," jawab Rumi, mencoba tersenyum lebih lebar kali ini.
"Setuju," sahut Syifa, meski senyum di wajahnya masih menyimpan banyak tanya.
Mereka pun melanjutkan perjalanan ke Farmhouse, berharap suasana hati yang masih beku bisa mencair di tempat yang penuh keceriaan itu. Perjalanan terasa singkat dengan pemandangan yang indah di sepanjang jalan, namun di dalam hati Syifa dan Rumi, ada perasaan yang berdesir, menunggu untuk diredakan.
Ketika mereka tiba di Farmhouse Lembang, suasana langsung terasa berbeda. Tempat wisata yang terkenal dengan suasana ala pedesaan Eropa ini menawarkan pemandangan yang memanjakan mata. Deretan bangunan bergaya klasik dengan atap runcing dan dinding kayu menciptakan atmosfer yang unik dan menenangkan. Jalan setapak berkerikil mengarahkan pengunjung ke berbagai sudut menarik, seperti taman bunga yang penuh warna, kandang hewan lucu, dan toko-toko kecil yang menjual oleh-oleh khas Lembang.
Udara pagi yang sejuk terasa segar di kulit, membawa aroma tanah basah dan bunga yang sedang mekar. Pengunjung berlalu-lalang dengan senyum di wajah mereka, menikmati setiap sudut Farmhouse yang memang dibuat untuk menjadi tempat pelarian dari hiruk-pikuk kota. Anak-anak berlarian di sekitar taman, tertawa riang sambil memberi makan kelinci dan domba. Suara gemericik air dari kolam kecil yang ada di tengah-tengah area menambah kesan damai yang menyelimuti tempat itu.
Syifa, Rumi, dan Zara berjalan melewati jembatan kecil yang dihiasi bunga-bunga gantung dan disambut suara air terjun yang mini, menuju area utama Farmhouse. Mereka disambut juga dengan hamparan taman bunga yang ditata rapi, warna-warni kelopak bunga kontras dengan hijaunya rumput yang terawat. Di kejauhan, terlihat replika rumah hobbit yang menjadi daya tarik bagi para pengunjung untuk berfoto.