Blurb
Najwa adalah seorang janda kembang di usianya yang masih muda. Baru saja ia melangsungkan pernikahannya, namun kini ia sudah di ceraikan oleh suaminya tanpa alasan yang jelas. Hanya karena suaminya lebih memilih kekasihnya dari pada mempertahankan rumah tangganya yang baru di bina beberapa jam yang lalu dengan Najwa.
Hati Najwa seakan terkoyak. Perasaan sedih, malu, kecewa tidak dapat lagi ia gambarkan. Pernikahan yang ia harapkan akan terjadi sekali seumur hidup, kini tiada lagi. Ibunya yang tidak ingin Najwa larut dalam kesediaannya, mengijinkan Najwa merantau ke luar kota. Setidaknya di tempat yang baru Najwa akan melupakan kesedihannya.
Di tempat yang baru dan suasana baru tersebut, Najwa tidak mengenal siapa pun. Hingga akhirnya suatu hari ia berkenalan dengan seorang pemuda bernama William. Awal kedekatan mereka karena William sering makan di tempat Najwa bekerja, yaitu di sebuah rumah makan kecil di dekat kantor William.
Di saat masa-masa sulit Najwa di tempat baru tersebut, William selalu hadir menolongnya sehingga timbul benih-benih cinta di hati William untuk Najwa. Namun cinta mereka terhalang oleh dinding pemisah yang cukup kokoh dan sulit untuk bisa mereka tembus.
"Sampai kapanpun, ibu ndak akan merestui keinginan kamu nduk, ndak akan pernah. Walaupun ibu sudah mati dan terkubur dalam tanah, ibu ndak akan merestui hubungan kamu dengan nak William," Ibu Wati (ibunda Najwa).
"Aku rela melakukan apapun asal kita bisa bersama Najwa, aku sangat mencintai kamu, tolong ikutlah denganku, kita bisa nikah tanpa restu dari keluarga kita, Najwa. ayo kita kawin lari," William.
"Dinding ini terlalu kokoh untuk bisa kita taklukkan, sebaiknya kita menyerahkan semua ini pada takdir, Will. Aku yakin jika kita jodoh, Allah akan memudahkan semuanya," Najwa.
"Ingat William, Mama tidak akan pernah menyetujui hubungan kamu dengan janda itu. Bagaimana reaksi keluarga besar kita nanti? Mau di taruh dimana muka Mamamu ini?" Ibu Merry (Mama William).