Cinta yang Dijanjikan

Lianhua Xien Yi
Chapter #2

Tentang Perasaan

~Takdir tidak pernah salah mengunjungi. Hanya saja, terkadang waktunya yang dianggap tidak tepat.~


***

Pemuda itu terbangun saat mendengar pintu kamarnya dibuka. Dilihatnya sang kakek yang sedang berjalan mendekat.


"Bagaimana? Sudah baikan?" tanya pria di depannya.


"Aku tidak apa-apa," jawab pemuda itu.


"Sudah hampir pingsan begitu, masih saja bilang tidak apa-apa."


"Kakek, percayalah. Aku baik-baik saja."


"Iya, baiklah. Kalau begitu katakan, ke mana kau semalam?" tanya pria tersebut lagi.


"Semalam itu ...."


"Apa kau pergi kencan dengannya?" Seorang pemuda lain yang tiba-tiba masuk langsung memotong kalimatnya.


Pemuda itu menggeleng. Melihat hal itu, sang kakek pun menimpali, "Memangnya kau tidak memiliki perasaan padanya?"


"Kakek ini. Apakah Kakek tidak mengenali cucu Kakek sendiri? Sejak kapan A-Xian memiliki hubungan dengan perempuan, selain dengannya? Apalagi sampai sedekat itu," kata pemuda yang baru datang itu menjelaskan.


"Sangat masuk akal. Kakek rasa apa yang kau katakan itu benar."


"Tentu saja benar, Kek."


Mendengar apa yang dikatakan oleh sang kakek dan sahabatnya, pemuda itu lantas tertawa.


"Jika mencintainya, apakah harus berkencan dengannya?" Seketika, pertanyaan dari pemuda itu membuat dua laki-laki di depannya menoleh secara bersamaan.


"Apa kau baru saja mengatakan kalau kau mencintainya?" tanya sang kakek.


"Be-benar. Kau baru saja mengatakannya," lanjut pemuda di sebelahnya.


"A-aku? Apa yang aku katakan?" tanya pemuda itu bingung. Ia baru menyadari kalau dirinya kelepasan bicara di depan mereka.


"A-Xiann!" teriak dua orang di depannya gemas. 


Melihat kedua orang tersebut menatap tajam ke arahnya, pemuda itu segera berkata, "Mungkin Kakek dan Mingyan salah dengar. Maaf, aku permisi dulu, ya."


Setelah mengatakan demikian, ia pun segera beranjak dari tempat tidurnya dan berjalan keluar.


"Haiya. Apa yang kau tertawakan?" tanya sang kakek pada pemuda di sebelahnya.


"Tidak ada," jawab pemuda tersebut sambil menahan tawanya.


"Cinta benar-benar mengubah segalanya," ucap pria itu sembari menatap bingkai foto di atas meja.


"Kakek tidak apa-apa?" tanya pemuda tersebut saat pria itu menarik napas dalam-dalam.


"Aku baik-baik saja."


"Oh, ya, Mingyan. Aku ada pekerjaan di luar kota selama beberapa hari ke depan. Mungkin akan kembali merepotkanmu. Tapi hanya kau yang paling dekat dengan Xian. Aku titip cucuku. Tolong jaga dia dengan baik," lanjutnya, lalu segera beranjak untuk meninggalkan kamar tersebut.


"Baik, Kek," jawab pemuda tersebut sembari mengangguk.


***

Lihat selengkapnya