Cinta yang Dijanjikan

Lianhua Xien Yi
Chapter #4

Kecemburuan

~Terkadang cinta mengajarkan banyak makna untuk dipelajari, tetapi tidak jarang, ia juga menyebabkan beberapa hal yang seharusnya dihindari.~


***

Kehadiran Yuan Qi di tengah-tengah mereka ibarat sebuah tirai penghalang. Meski antara gadis itu dengan Xian tidak ada ikatan apa pun, tetapi hubungan keduanya begitu dekat. Hal itu sangat berbanding terbalik dengan kedekatan Xian dan A-Lin.


Sebenarnya sikap dan perhatian Xian pada A-Lin masih sama. Hanya saja, tepat pada saat malam puncak festival musim gugur itu, di mana Xian mengajak ia untuk bertemu dengan keluarganya, wanita tersebut menolak.


"Terima kasih. Tapi aku sedang tidak enak badan. Aku takut nanti malah merepotkanmu lagi," ucapnya.


Pemuda itu mendekat, lalu menyentuh kening A-Lin pelan. Tidak terasa panas ataupun dingin sama sekali. Bahkan, ia juga tidak melihat tanda-tanda penyakit skizofrenia yang diderita wanita tersebut kambuh.


"Kau sedang sakit atau cemburu pada Yuan Qi?" tanya Xian tiba-tiba. Tatapannya juga ikut mencari jawaban dari sorot mata A-Lin.


Wanita itu tersentak saat mendengar pertanyaan yang diberikan oleh pemuda di depannya. Namun, ia mencoba untuk tetap terlihat tenang.


"Apa yang harus aku cemburukan? Kalian sahabat sejak kecil bukan? Lagi pula kita ini bukan siapa-siapa. Hanya teman. Tidak lebih."


Jawaban dari A-Lin membuat Xian menatapnya tidak percaya. Jauh di dalam sana, setiap sudut hatinya begitu terluka. Hanya saja, ia berusaha untuk menyembunyikan perasaannya itu sekuat mungkin.


'Seandainya kau tahu bahwa aku sangat mencintaimu, Hua Lin. Bukan kau yang cemburu padaku, tapi aku yang cemburu saat sedang tidak bisa bersamamu. Mungkin kau merasa jika kita bukan siapa-siapa, tapi bagiku kau lebih dari segalanya,' ucap pemuda itu dalam hati.


"Kita bisa pergi bersama ke mana pun sebagai teman bukan?"


"Itu benar. Tapi ...."


"Kalau begitu ikutlah denganku."


"A-Xian, apa yang kau lakukan? Lepaskan tanganku!"


"Aku akan lepaskan setelah ritualnya selesai."


"Kau ini kenapa selalu tidak waras, sih?"


"Dan kau sudah tahu itu, tapi mengapa masih tidak peduli denganku?" Setelah mengatakan demikian, pemuda itu pun meminta agar wanita tersebut segera duduk di kursi yang sudah ia siapkan.


"Kau mau apa?"


"Aku akan mendandanimu."


Mendengar jawaban dari pemuda itu, A-Lin tidak bisa menahan tawanya. Bukan karena ingin meremehkannya. Bukan pula karena tidak mungkin bagi seorang laki-laki menjadi penata rias, tetapi menurutnya, apa yang dilakukan oleh Xian itu sangat kurang kerjaan.


"A-Xian ...."


"Duduk dengan tenang dan jangan banyak bicara," jawab pemuda itu.

Lihat selengkapnya