Suatu pagi di ruang kelas kuliah, tepat pada saat itu, dari luar kelas terdengar langkah kaki dengan suara hentakan sepatu hak tinggi mendekati ruangan kelas. Pak Burhanudin, dosen bahasa Inggris yang killer, waktunya mengajar. Dan kuliah pun segera dimulai. Dapat dipastikan saat itu Randy sepertinya tidak bisa konsentrasi mengikuti kuliah, apalagi kalau bukan melamun.
“Randy, tolong terangkan kembali susunan dari kalimat itu?!” tanya Pak Burhanudin membuyarkan lamunan Randy.
Cekidot! Dag..dig…dug!
Randy baru tersadar dari lamunannya, jantungnya berdetak kencang, keringat dingin membasahi keningnya. Mendengar suara Pak Burhanudin yang tiba-tiba tertuju padanya, tak ayal lagi dia bagaikan disambar petir, gugup dan cemas. Melihat catatannya yang masih kosong, ditambah balpoin yang entah sembunyi di mana. Terlalu asyik dia terlena dengan lamunannya.
“Astaghfirullah… eh… anu Pak... maaf Pak Burhanudin tadi t.. tanya apa?” ucap Randy terbatah karena gugup.
Dan sebagai konsekuensi dari lamunannya itu ia harus rela menerima ‘nyanyian’ Pak Burhanudin. Detik itu juga. Saat pintu kayu itu terpelanting kembali menutup ruangan, Randy sadar akan satu hal, dia telah melakukan hal bodoh lagi sebagai seorang mahasiswa.
“Kamu lebih baik menunggu di luar daripada mengganggu mata kuliah saya. Silahkan keluar. Pintu terbuka lebar!” hardik Pak Burhanudin.
Itulah suara terakhir yang memaksanya untuk melangkahkan kaki keluar ruangan. Menghirup kebebasannya dari tekanan berbusanya tentang susunan kalimat, sekaligus mengendapkan rasanya yang tertawan akan bayangan satu sosok pemuda. Randy melangkah keluar ruang kuliah seperti seorang pesakitan.
“Astaghfirullah!” gumam Randy dalam hati sambil berusaha menahan malu.
“Masyaallah… Ran… Randy, sudah tahu Pak Burhanudin itu killer. E…. masih juga berani melamun di kelasnya. Hm… memang cinta seolah sudah membuatnya seperti orang bego…. Hehehe.. !” lanjut Raffi dalam hati sambil geleng-geleng kepala.
******
Setelah perjumpaannya dengan Aulia untuk yang kesekian kali, membuat Randy yakin bahwa ia telah jatuh cinta pada gadis bercadar itu. Dalam kebimbangannya, ia menemui Raffi di kos-kosannya.
“Raffi, sepertinya aku sedang jatuh hati pada Aulia,” ucap Randy lirih.
“O iya, lalu apa yang akan kau perbuat selanjutnya?” tanya Raffi.
“Aku sendiri juga masih bingung dengan perasaanku ini. Aku nggak tahu apa yang harus aku lakukan, bagaimana menurutmu?” jawab Randy balik bertanya.