Cinta Yang Dirindukan Surga

DENI WIJAYA
Chapter #8

PERSISTENCY OF MEMORY #8

Sementara itu di sebuah café dekat kampus Brawijaya…

“Aku marah padamu! Alex, kamu telah menghancurkan perasaanku!” kata Cindy penuh dengan amarah.

“Cindy, tolong kamu jangan marah dulu, dengarkan penjelasanku dulu, please!” balas Alex.

Sepasang mata Cindy berkaca-kaca, lalu segera dihapusnya.

Mereka, menghabiskan makan siang di sebuah Café Tulip, tempat yang romantis namun akhirnya itu menjadi sebuah tempat yang miris bagi Cindy karena hatinya terasa teriris, perih sekali.

Cindy nampak serius duduk di hadapan Alex yang pandangannya tak mau lepas dari gadis cantik di depannya itu, yang sudah hampir enam bulan dipacarinya itu.

“Alex, aku sudah tidak bisa memaafkanmu lagi, sudah kesekian kalinya kamu telah mengkhianatiku. Lex, kamu tahu, cinta itu butuh perjuangan! Pengorbanan perasaanku sudah sangat besar!” kata Cindy.

“Sabar dulu Cin, aku minta maaf,” balas Alex berusaha meredam amarah Cindy.

“Sudah enam bulan kita jalan, Lex!” hardik Cindy.

“Dari awal kan sudah kubilang,” timpal Alex.

“Apa?!” cecar Cindy.

“Kalau aku belum benar-benar putus dengan Clara,” jawab Alex.

“Dasar playboy! Bukankah kamu sudah janji padamu akan segera menyelesaikan masalahmu dengan Clara? Aku sudah tidak tahan dengan semua teror yang dilakukan Clara padaku!” celetuk Cindy dengan nada keras.

“Dari awal kan kamu juga sudah tahu bahwa hal itu akan terjadi,” ujar Alex.

“Maksud kamu?!” sahut Cindy.

“Artinya kamu ya sudah siap dengan ini semua,” balas Alex.

“Lex, apa yang membuatmu tidak bisa putus begitu saja dengan Clara?” cecar Cindy.

Alex menghela nafas panjang.

“Banyak kenangan bersamanya yang masih sulit untuk kulupakan,” jawab Alex serius.

“Berarti kamu tidak akan pernah bisa memutuskan hubungan itu?” tanya Cindy untuk kesekian kalinya.

“Cin, tolong beri aku kesempatan untuk memilih,” jawab Alex.

“Memilih… ? Jadi selama ini rupanya kamu… “ ucap Cindy.

Alex memegang tangan Cindy, “Cin, dengar dulu penjelasanku. Dulu saat kita jalan bukankah kamu juga tahu… “

“Apa?!” sahut Cindy.

Lihat selengkapnya