Cinta Yang Dirindukan Surga

DENI WIJAYA
Chapter #9

ADA TAWA DALAM TANGIS #9

“Mail, oper bolanya kemari, jangan sampai keluar…. ayo tendang bolanya!” teriak Maman kepada Mail. 

“Nah begitu…. terus… terus….. ya… ayo tendang!” teriak Ramli memberi semangat.

Terdengar riuh sekali tawa anak-anak yang bermain sepakbola di lapangan belakang panti, mereka saling berkejaran penuh keceriaan, sementara Asti hanya sesekali melihat mereka dari kaca jendela. Sepasang mata sayunya dengan seksama mengamati setiap gerak mereka. Namun senyumnya merekah saat bola tepat bersarang di kaki Maman.

Sementara itu, Bu Asri, salah satu pengasuh panti, tersenyum senang melihat semangat mereka. Dia berharap duka mereka akan sedikit terobati dengan tawa dan canda. Bu Asri pun kembali berkeliling mengamati anak-anak yang bermain.

“Hai, anak-anak, Ibu bisa ikutan main nggak..?” kata Bu Asri dengan senyum menghiasi wajahnya.

“Bener nih… Bu Asri mau ikutan main sepak bola?!” sahut Maman ragu.

“Iya bener…. boleh nggak…?” lanjut Bu Asri.

“Wah… senang sekali tapi maaf Bu… jumlah timnya sudah pas.. !” ucap Maman.

“Wah… nggak bisa ikutan ya… ya sudah nggak apa-apa, kalian lanjutkan ya mainnya… (tersenyum) tapi ingat ya.. jangan bertengkar!” kata Bu Asri.

“Iya Bu… !” jawab mereka hampir bersamaan. Bu Asri kembali tersenyum melihat keceriaan mereka.

Kemudian Bu Asri duduk di kursi di depan teras belakang sambil terus melihat mereka bermain. Ada satu kebahagiaan yang dirasakan Bu Asri bahwa apapun keadaan kita, pasti akan menjadi lebih bahagia kalau kita mau memberi. Dan memberi itu tidak sebatas materi namun dengan memberi waktu kita untuk sekedar bermain bersama itu pun bisa membuat kita lebih bahagia juga.

Dan Bu Asri pun merasa bahagia juga melihat anak-anak disini semua lebih baik. Kehidupan anak-anak panti asuhan seringkali menimbulkan keprihatinan tersendiri. Sebagian besar dari mereka terpaksa hidup dengan segala keterbatasan untuk dapat bertahan hidup. Namun hal itu bukan jadi penghalang bagi mereka untuk selalu ceria dan bersyukur.

Nampak wajah satu persatu anak yang sedang bermain di halaman itu, semuanya tampak ceria menikmati kegembiraan dalam permainan itu. Namun tunggu dulu, tiba-tiba pandangannya tergerak pada salah satu sudut halaman, ada seorang bocah laki-laki yang duduk seorang diri, tidak ikut bermain dengan yang lainya.

 Seingatnya namanya Budi, dia salah satu diantara sekian anak penghuni panti yang masih sulit untuk melupakan trauma yang telah merenggut nyawa bapak ibu dan orang-orang yang mencintainya.

 Memang seringkali Bu Asri melihat Budi sering menangis ketika malam. Bu Asri melihat Budi sepertinya sedang menggambar sesuatu di tanah dengan potongan ranting. Sebenarnya Bu Asri ingin mendekatinya, namun kemudian ia urungkan setelah pada suatu kesempatan Maman melihat ke arahnya.

 “Man, kemari!” panggil Bu Asri. Maman pun segera meninggalkan permainannya dan menuju ke arah Bu Asri.

 “Iya Bu, ada apa?” sahut Maman sembil melangkah menghampiri Bu Asri.

 “Ada apa Bu? Ibu masih mau ikutan main ya?” tanya Maman.

Lihat selengkapnya