Cinta Yang Dirindukan Surga

DENI WIJAYA
Chapter #20

DEPRESI #20

“Kak, Alex telah menjebakku dalam pergaulan bebas. Aku telah melakukan hal yang paling bodoh dengannya. Kini tinggal rasa penyesalan yang mendalam… ” aku Cindy dengan diiringi isak tangis yang tersendat.

Tiga tahun yang lalu….

Siluet sinar matahari masuk melalui celah jendela yang tak tertutupi gorden di kamar bernuansa biru laut milik Cindy yang kini masih terbaring di ranjangnya dengan keadaan berantakan, dia mengerang pelan dan terbangun dari tidur lelapnya. Rambutnya acak-acakan, matanya berkantung akibat menangis semalaman. Untuk sesaat dia termenung di pinggir ranjangnya. Masih terbayang dalam pikirannya, kejadian tadi malam.

Di sebuah diskotik, saat itu Cindy mulai merasakan mabuk. Pandangannya berputar-putar, merasakan diri terbebas untuk menyatukan diri dalam irama lagu yang menghentak. Ya, pada saat-saat itulah dia datang. Alex bersama dua orang teman wanitanya. Membuat Cindy tak bisa beranjak dari tempat duduknya.

Meski sumpah serapah, caci maki, dia ucapkan dalam hati, tetap saja tak bisa menolak kehadirannya. Tak ayal lagi, percekcokan mereka pun terjadi. Dan suasana semakin kacau dan berantakan saat Alex pergi meninggalkannya dengan wanita lain. Dalam keadaan yang dipenuhi perasaan amarah, Cindy melampiaskannya dengan menenggak beberapa gelas minuman beralkohol hingga membuatnya semakin tak bisa mengendalikan akal sehatnya.

Dan di saat kesadarannya mulai menurun drastis, dalam pandangan matanya yang sudah mulai kabur dan berbayang, dia dipapah oleh seorang laki-laki menuju ke suatu tempat. Karena pengaruh alkohol yang berlebihan membuat Cindy tidak mengetahui dengan jelas siapa laki-laki itu. Namun dalam keadaan tak berdaya, dia menurut saja saat di ajak untuk masuk ke sebuah mobil hingga dia tak kuasa untuk menahan reaksi dari minuman setan itu, Cindy tak sadarkan diri.

Beberapa jam kemudian, dia pun siuman. Dan saat membuka mata dan kesadarannya mulai kembali, terkejutlah Cindy. Dia mendapati dirinya sudah berada dalam sebuah kamar hotel dalam keadaan yang berantakan dan sadarlah Cindy apa yang baru saja terjadi padanya. Seketika itu juga pecahlah tangisannya……

*****

Layar di ponselnya berkelap-kelip tanda ada pesan masuk. Ada satu pesan yang dikirimkan seseorang namun tidak ada namanya. Cindy menduga si pengirim pesan pastilah sudah mengenal dirinya meski yang tertera di layar hanyalah nomornya saja. Atau mungkin juga salah kirim. Karena sudah berulangkali maka tak aneh jika Cindy tidak terlalu memperdulikannya. Tapi kali ini hatinya sepertinya terusik untuk sekedar melihat isi dari pesan di layar ponselnya. Setelah melihat isi pesan di layar ponselnya, mendadak raut wajahnya berubah sedih, untuk sesaat dia diam terpaku, entah apa yang sedang dia pikirkan sebelum akhirnya dia mematikan ponselnya.

Huft…… kenapa semua ini harus terjadi padaku?!” gerutu Cindy kesal.

Dengan langkah gontai, Cindy berjalan ke kamar mandi dan mengamati wajahnya di depan cermin. Dia seperti melihat daging kambing utuh yang baru dikeluarkan dari kulkas. Cindy membasuh muka dengan air dan menggosok gigi.

Di rumah yang mewah, Cindy hanya tinggal bersama dengan Bi Aminah dan sopirnya Pak Wawan. Orangtuanya selalu sibuk mengurus bisnis di luar kota atau luar negri. Meskipun begitu Cindy tidak pernah merasa kesepian karena mereka berdua selalu menghibur dan menemaninya di saat dia didera rasa kesepian. Tiba-tiba terdengar pintu kamarnya diketuk dari luar.

“Non Cindy…. ayo bangun. Sudah ditunggu nyonya di bawah!“ kata Bi Aminah.

“Iya Bi, sebentar!“ sahut Cindy.

“Non, boleh bibi masuk? Ini ada segelas susu untuk Non Cindy!“ ucap Bi Aminah lagi.

“Silahkan Bi, pintunya tidak dikunci, langsung saja masuk!“ balas Cindy.

Bi Aminah membuka pintu dan masuk ke dalam kamar. Setelah meletakkan segelas susu di atas meja, Bi Aminah menghampiri Cindy yang masih duduk menghadap cermin.

“Non Cindy baik-baik saja kan?“ tanya Bi Aminah sambil membelai rambut Cindy yang tergerai.

Tanpa menjawab pertanyaan Bi Aminah, mendadak Cindy mendekap dan menenggelamkan wajahnya dalam bahu Bi Aminah. Cindy terisak dalam pelukan Bi Aminah.

“Non, apa yang sedang terjadi hingga membuat Non Cindy sedih?“ tanya Bi Aminah.

Lihat selengkapnya