Cinta Yang Dirindukan Surga

DENI WIJAYA
Chapter #21

JET LAG #21

Setelah kejadian itu Pak Thomas memutuskan untuk membawanya ke Singapura. Mereka ingin Cindy melupakan hal-hal buruk yang dapat mengguncang jiwanya kembali. Pak Thomas tidak ingin kejadian dua bulan yang lalu terjadi lagi. Cindy pun menyetujuinya, walaupun dia tahu pasti nanti di sana mereka juga tidak selalu hadir untuk menemaninya, tapi setidaknya Cindy berada di tempat yang baru dan dia bisa melupakan kenangan pahitnya.

Keesokan harinya Cindy dan orang tua nya segera terbang ke Singapura. Entah kenapa, di saat hatinya sedang kosong, diliputi oleh kegalauan dan penyesalan. Benar-benar hatinya diliputi campur aduknya perasaan. Kekecewaan. Penyesalan. Putus asa dan menyalahkan diri sendiri atas semua kebodohan yang telah dilakukannya. Cindy merasa inilah memang saatnya dia untuk melupakan semuanya.

Sesampainya di apartemennya, di Singapura, Cindy langsung merebahkan tubuhnya ke kasur karena jet lag yang mendera.

“Ya, ini rumah baruku, tempat tinggal baru dan orang-orang baru yang akan menemaniku sehari-hari,” gumamnya dalam hati.

Bu Maya memasuki kamar Cindy dan menghampiri Cindy yang masih terbaring di tempat tidur.

“Cindy, kamu istirahat yang banyak ya, besok mama harus kembali ke Jakarta untuk menemui relasi bisnis. Kalau kamu butuh sesuatu minta saja sama Nanny Miranda. Oh ya, jangan khawatir, dia juga fasih berbahasa Indonesia kok!” bisik Bu Maya lembut.

“Lho, baru tiba kok sudah mau pergi lagi… gimana sih.. ?! gerutu Cindy kecewa.

“Maafkan mama sayang. Untuk saat ini mama tidak bisa menemanimu ataupun membatalkannya. Tapi mama janji setelah urusan mama selesai, mama akan menemanimu keliling Singapura. Kuharap kamu baik-baik saja!” kata Bu Maya.

“Tapi papa kan tetap di sini kan ma..?” tanya Cindy.

“Papa kamu juga akan ikut ke Jakarta dan besoknya harus bertolak ke Jayapura,” jawab Bu Maya.

“Ma, untuk apa sih kok ke Jayapura?” cecar Cindy.

“Papamu ada proyek pembangunan jalan trans di Wamena,” jelas Bu Maya.

“Terus waktu untuk Cindy kapan?” gerutu Cindy.

“Ma, Cindy kesepian!” lanjutnya.

“Maafkan kami, sayang. Ini semua kan juga untuk kamu, iya kan sayang?” balas Bu Maya.

“Ma, Cindy tidak butuh ini semua. Cindy hanya butuh mama dan papa selalu ada untukku, aku ingin bisa bercengkrama dengan kalian seperti keluarga-keluarga yang lain. Hmm, alangkah bahagianya mereka!” kata Cindy.

 “Iya.. mama papa tahu itu, tapi sekali lagi maafkan kami ya, untuk saat ini mama minta kamu mengerti. Yang sabar ya… ” balas Bu Maya.

“Ya baiklah, kalian berdua hati-hati ya,” ucap Cindy sambil menarik bedcover bermotif bunga Sakura itu.

“Huft…. sendiri lagi, kesepian, selalu seperti ini, and I’m getting used to it!” selorohnya dalam hati.

Cindy memutuskan untuk tinggal sementara di Singapura sampai dia merasa lebih baik saja, dia masih cinta dengan tanah airnya, Indonesia. Cindy mengambil cuti kuliah selama satu tahun di kampusnya dengan alasan terapi penyembuhan. Istilah “tidak ada tempat yang paling nyaman dari kampung halaman” itu memang benar. Walaupun tinggal di Singapura dengan segala kemewahan, Cindy tetap rindu Indonesia.

“Cindy, apa kamu butuh sesuatu?” tanya seseorang dari luar kamar Cindy dengan bahasa Indonesia yang tidak terlalu fasih. Ya, itu adalah Nanny Miranda.

“Tidak, terimakasih Nanny, saat ini aku ingin tidur saja..kepalaku sedikit pusing dan perutku agak mual… ” jawab Cindy.

Are you okey, Cindy?” tanya Nanny Miranda.

Cindy hanya menggangguk saja tanpa sepatah katapun keluar dari mulutnya.

Sure?” cecar Nanny Miranda lagi. Kembali Cindy hanya membalas dengan anggukan dan senyuman. Nampak wajahnya sedikit pucat.

Lihat selengkapnya