Cinta Yang Dirindukan Surga

DENI WIJAYA
Chapter #23

INGIN MENJADI BINTANG #23

Beberapa bulan kemudian…………

Cindy benar-benar bahagia. Dia sudah sah menjadi istri Randy. Tak terkira syukur yang dia panjatkan pada kekasihnya yang abadi.

"Ya Allah, Engkau yang memiliki cinta, berikanlah cinta pada kami sehingga kami dapat memulai kehidupan baru ini dengan penuh cinta kepada-Mu,” ucap Cindy dalam hati.

Cindy benar-benar merasakan kemuliaan hati suaminya. Keikhlasannya menerimanya sungguh membuatnya kagum.

"Umi, Allah itu maha menerima taubat hamba-Nya. Sebesar apapun itu, Allah akan mengampuni jika hambanya sungguh-sungguh bertobat. Abi percaya Umi pun telah melakukan hal seperti itu. Bagi Abi, yang penting sekarang Umi telah berubah menjadi lebih baik. Jadi janganlah bersedih, Umi! Maa wadda 'aka rabbuka wama qalaa. Tuhanmu tidak meninggalkan kamu dan tidak pula benci kepadamu!" kata bijak Randy sungguh telah mampu mendamaikan jiwa Cindy.

Cindy selalu ingat kata-kata itu. Randy telah memberinya banyak hal. Randy yang kini telah menjadi suaminya telah membimbingnya untuk terus memperbaiki diri.

Bintang. Sinarnya telah menghiasi kelamnya malam itu. Meski rembulan sudah memaksimalkan pesonanya namun tak mampu untuk menolak kehadiran beribu-ribu bintang yang turut menyemarakkan sang malam. Melodi alam dari gesekan butiran embun di dedaunan dan angin malam yang sepoi semakin membuat malam itu terasa damai, sedamai hati saat berada di samping istri yang tercinta.

“Bi, ngapain diam di situ, ayo kemarilah… ” teriakan lemah Cindy yang memecahkan lamunannya. Randy beranjak dari daun pintu, lalu menghampirinya dan tersenyum manis kepadanya.

“O.. kamu sudah bangun ya. Gimana keadaanmu, Umi?” sapa Randy.

“Seperti yang kamu lihat, alhamdulillah, aku baik-baik saja kok. Kesedihan hanyalah media yang bertujuan memperparah keadaanku saja,” jawab Cindy seraya membetulkan posisi duduknya di ranjang pasien.

“Umi, kamu harus optimis ya.. kan selalu ada harapan!” kata Randy berusaha memberi semangat kepada istrinya.

“Abi, seperti katamu… insyaallah aku akan selalu optimis. E.. justru sekarang Abi lah aja yang cengeng. Kalau berada disampingku pasti mau nangis.. iya kan? Sudahlah Bi, insyaallah aku sudah terima kok semua yang di takdirkan Allah padaku dan saatnya aku untuk menjalaninya, Abi jangan khawatir, aku baik-baik aja kok,” balas Cindy.

Mungkin benar juga kata Cindy, Randy selalu ingin menangis ketika melihat keadaannya.

“Bi, di luar tadi kamu lihat apa, sepertinya asyik banget.. ?” tanya Cindy dengan senyuman tipis tersungging di bibirnya.

“Nggak kok, aku hanya terpesona dengan bintang-bintang yang bertaburan di langit. Hmm.. indah sekali malam ini,” jawab Randy.

“Bi, aku boleh minta tolong.. ?” ucap Cindy.

“Minta tolong apa?” tanya Randy.

“Tolong temani aku di luar ya… aku bosan di dalam kamar terus. Aku juga ingin menikmati bintang-bintang!” jawab Cindy.

“Tapi di luar cukup dingin, aku khawatir dengan kesehatanmu, angin malam kan tidak baik untukmu,” jelas Randy.

“Sebentar saja kok, aku ingin sekali melihat bintang.. please!” seloroh Cindy.

“Tapi….. ” sanggah Randy.

“Ya sudah kalau tidak mau, aku keluar sendiri… aku masih bisa kok.. !” gerutu Cindy yang semakin membuat Randy untuk tidak bisa menolak keinginannnya.

“Eit… tunggu jangan turun sendirian. Okey… sebentar!” cegah Randy sambil memapah sang istri berjalan keluar kamar pasien. Kemudian mereka duduk berdampingan di kursi depan jendela kamar.

******

“Umi sayang… ” ucap Randy lirih sambil menggenggam tangan dingin istrinya.

Kini Cindy hanya bisa berbaring diranjang dengan bantuan alat pernafasan dan selang infusan ditangannya untuk dapat bertahan walau dalam keadaan tak sadar. Randy benar-benar dapat melihatnya kini. Melihat wajah ayunya yang lugu, mata bulat kecilnya yang tertutup, hidung mancungnya yang mungil, bibir tipisnya yang manis. Randy benar-benar masih ingat kenangan-kenangan indah yang mungkin terlalu manis untuk dilupakan.

“Umi… “ bisik Randy.

“Iya.. Abi,“ jawab Cindy singkat dengan senyuman kecil di bibirnya.

“Umi, di atas sana, di langit malam bertaburan bintang, sungguh indah sekali. Mengapa bintang di langit sangat banyak ya?” ucap Randy lirih. Cindy hanya tersenyum kecil mendengarnya.

“Umi, kamu tahu nggak.. mengapa Allah menciptakan bintang di langit?” lanjut Randy.

“Bintang itu diciptakan untuk mempercantik langit malam hehe… andai saja malam tanpa bintang, betul begitu kan, Bi ?” balas Cindy.

"Bi... di atas sana, bintang-bintang itu pasti selalu bahagia. Mereka tak pernah mengeluh apalagi menangis. Walau ketidakadilan itu bisa kita dikatakan terjadi pada mereka," ucap Cindy dengan senyum di wajahnya.

"O iya. Kenapa begitu?" tanya Randy.

Lihat selengkapnya