Cintai Aku Apa Adanya

Sandra Arq
Chapter #1

CHAPTER 1

Seorang pemuda menyetir mobilnya dengan kecepatan tinggi, wajahnya terlihat memanas dengan emosi yang tak dapat di kendalikan. Entah apa yang terjadi padanya, ia beberapa kali mengumpat mengutuki hal-hal yang membuatnya kesal, mata elangnya tak memperhatikan sekitaran jalan dimana semua orang tengah beraktivitas dengan pekerjaan mereka yang mencari nafkah.

Rifky, pemuda itu biasa disapa, melemparkan botol minumannya sembarangan di tengah jalan, hingga membuat orang-orang mencerca sikapnya itu. Ia tak perduli apapun makian dari orang lain untuknya, emosinya saat ini begitu tersulut saat mendapati kenyataan tentang keputusan orang tuanya yang akan menikahkannya dengan gadis yang sama sekali tak tahu asal usulnya. Menatap wajahnya secara langsung saja Rifky tak pernah, entah kenapa orang tuanya berfikiran sepicik itu sedang ia saat ini telah menjalin hubungan dengan gadis yang hampir tiga tahun di pacarinya, Keyla Sandrina.

Rifky sama sekali tak mengerti kenapa orang tuanya tak menyetujui hubungannya dengan Keyla, jika di lihat dari status dan asal usul keluarga gadis itu pun begitu sepadan dengan dirinya.

"Gue gak pernah ngerti apa maunya kalian. Gue sudah berusaha menuruti semua permintaan kalian, tapi untuk hal ini gak akan pernah gue lakukan, gak akan," ujar Rifky dengan kesal.

Rifky mengendarai mobilnya menuju ke suatu tempat yang mungkin akan memberikannya ketenangan saat ini.

Di tempat lain, mata seorang gadis sedikit menyipit memperhatikan sekitarnya. Ia beberapa kali mengusap keringat di keningnya dengan raut wajah yang terlihat bingung. Gadis itu pun memutuskan untuk duduk di kursi halte seraya mengamati kue-kue yang ada di keranjangnya, hampir dua jam ia berkeliling tapi tak ada satupun orang yang mau membeli dagangannya.

Tatapan sendu yang terlihat di wajah cantik gadis itu pun seakan menggambarkan kesedihannya, kenapa hari ini ia tak seberuntung kemarin, kepalanya pun mulai terasa berat, andai ia tak mendapatkan uang bagaimana biaya kebutuhannya untuk besok yang pasti Ibunya juga akan sedih jika ia tak mendapatkan uang.

"Semangat Ra, jangan menyerah," ujarnya menyemangati diri.

Ara kembali menjajakan kue-kue di keranjangnya pada pengguna jalanan. Ia sama sekali tak perduli jika tatapan orang-orang seakan menghina profesinya ini, andai mereka bisa memahami keadaannya yang serba kekurangan mungkin mereka semua tak akan seenaknya berkomentar negatif tentangnya, yang terpenting baginya mencari uang dengan halal lebih baik daripada mendapatkan uang dengan pekerjaan yang kotor.

"Di beli mbak kuenya cuma lima ribu kok, onde-ondenya seribu. Hmm mumpung sudah sore saya kasih gratis satu, ayo di beli mbak, mas," tawar Ara kepada orang-orang di sekelilingnya

Beberapa pengguna jalan pun mulai tertarik dengan dagangan gadis itu, Ara begitu bahagia karna usahanya tak sia-sia. Ia pun dengan ramah melayani pembelinya .

"Saya beli sepuluh buah ya mbak onde-ondenya,"

"Iya mas,"

"Saya beli lima mbak risoles nya, ini uangnya,"

"Iya terima kasih," Ara menyiapkan pesanan pembeli, senyum di wajahnya seakan menunjukan kelegaan. Gadis itu bersyukur jika kue yang di jualnya kembali laris, pujian dari para pembeli pun memberikan semangat lebih untuknya.

"Enak banget mbak kuenya, oh ya mbak biasa jualan disini ya?"

"Iya biasanya dari jam 11 pagi sampai 6 sore"

"Mbak Ara gak kuliah?"

"Saya gak ada biaya mas, Ibu saya juga sedanf sakit," lirih Ara mengingat keadaan Ibu-nya

"Saya salut sama mbak, masih muda tapi sudah menjadi pekerja keras,"

"Saya membantu Ibu saya,"

"Tetap semangat ya mbak, siapa tahu nanti jadi pengusaha kue yang sukses,"

"Aamiin, tapi semuanya butuh modal mas. Sedangkan untuk makan sehari-hari saja masih susah hehe" tawa Ara miris jika mengingat kehidupan keluarganya yang serba kekurangan.

Gadis itu pun melanjutkan kembali perjalanannya mengelilingi sekitaran jalan menjual kue-kue yang masih cukup banyak di keranjangnya, teriknya matahari tak menghambat aktivitasnya yang terpenting untuk Ara bisa menjual kuenya hingga habis.

"Semoga Ara bisa menjual semuanya ya Bu, Ara pasti bisa membelikan obat untuk Ibu" lirih gadis itu menatap apotik di depannya, penyakit stroke yang satu tahun di derita Ibunya pun membuat Ara tak tega dengan kondisi beliau yang tak lagi bisa menjalankan aktivitas.

Seandainya saja Ara memiliki uang lebih mungkin ia akan membawa Ibu-nya ke rumah sakit, tidak hanya itu biasanya gadis seusia dia bisa menikmati masa-masa remaja dengan normal adanya tapi karna kondisi ekonominya yang memang tak mencukupi membuat Ara sadar akan keadaannya, kadang ia merasa iri melihat gadis-gadis yang baru memasuki kampus yang berada tepat di depannya kini dengan penampilan mereka yang berpendidikan dan bisa melanjutkan kuliah mereka. Ia pun ingin jika suatu saat nanti seperti mereka dan bisa membanggakan Ibu-nya.

"Hmm andai aku bisa seperti mereka Tuhan, aku pasti akan kuliah sebaik-baiknya" batin Ara penuh harap.

Ara begitu ingin memperbaiki kehidupan ekonomi keluarganya yang tak berkecukupan.

Tin Tin Tin

Bunyi klakson mobil terdengar begitu berisik, orang di dalam mobil itu dengan penuh kemarahan menatap gadis di depannya yang tak kunjung beranjak dari halaman kampus. Mata elangnya menatap tajam gadis itu dengan emosi, tentu kehadiran gadis itu menghambat laju kendaraannya yang hendak memasuki area parkiran.

"Shit! siapa sih nih cewek. Hey minggir gue mau lewat" teriak Rifky dengan sedikit emosi, ia pun terpaksa memajukan sedikit mobilnya hingga menyentuh keranjang kue gadis itu, akibatnya semua kue yang berada di tangan Ara berhamburan ke tanah.

"Rasain lo hhh!" umpatnya

"Sayang, kamu kok kayak gitu. Kasihan lihatnya," ucap seorang gadis yang duduk di samping Rifky

"Salah dia sendiri sayang, siapa suruh menghambat jalan kita"

"Iya, tapi gak juga dengan menabrak kerajang kue dia" ujar gadis yang terlihat anggun itu kesal, ia pun keluar dari mobil Rifky menghampiri Ara yang tengah membereskan kue-kuenya yang berantakan.

Semua orang memperhatikan Rifky yang baru turun dari mobilnya dengan berbisik karena sikap seenaknya itu.

"Maaf, mbak gakpapa?"

"Saya gakpapa," ujar Ara dengan datar menatap gadis cantik di hadapannya yaitu Keyla Sandrina, pacar Rifky.

Keyla pun bisa membaca raut kesedihan di wajah Ara saat melihat kondisi keranjang kuenya yang rusak dan kakinya yang lecet, gadis itu pun menghela nafas menatap Rifky.

"Sayang, kamu minta maaf sekarang sama dia, kasihan kue-kuenya jatuh semua karena kamu"

"Minta maaf ke dia? Aku gak mau sayang, ngapain minta maaf sama gembel kayak dia" hina Rifky

"Sayang kamu gak boleh gitu, kamu sudah buat kue-kuenya jatuh. Kasihan dia" pinta Keyla

Ara hanya mengurut dada melihat sikap pemuda di depannya ini, ia tak perduli apa dia akan meminta maaf atau tidak. Kue-kuenya pun sudah hancur berantakan dan tak bisa di jual lagi, entah apa memang sifat anak orang kaya selalu seperti ini menghinanya yang memang jauh sepadan darinya.

"Mbak, saya mewakili pacar saya minta maaf ya. Saya akan ganti kerugiannya berapa"

"Sayang aku gak salah loh, dasar aja gadis ini menghalangi jalan kita. Eh! harusnya lo baca tu di luar pedagang asongan gak boleh masuk kesini" ujar Rifky dengan kesal

Mulut Ara terkatub rapat menatap pemuda itu dengan semua ucapan pedasnya, penghinaan seperti ini pun sudah sering ia dapatkan sejak dulu karena keadaannya yang serba kekurangan, sungguh Ara sangat menyayangkan sifat pemuda itu yang tak setampan dengan wajahnya.

"Gakpapa kok mbak, gak usah di ganti, mungkin ini bukan rezeki saya. Maaf kalau kehadiran gadis miskin seperti saya mengganggu aktifitas kampus ini, saya permisi" lirih Ara mencoba meninggalkan tempat itu.

Rifky yang mendengar ucapan Ara cuma terdiam, entah apa yang ada di fikiran gadis menyebalkan ini, kenapa ia sama sekali tak membalas kata-kata pedasnya. Mata Rifky melirik kaki Ara yang berdarah dan terlihat memincang, tentu ia tak perduli karena Rifky tetap pada pendiriannya jika ia tak salah.

"Mbak, mbak tunggu" panggil Keyla membuat langkah Ara terhenti

"Ambil ini mbak, untuk mengobati kaki mbak. Sekali lagi saya minta maaf karena sikap pacar saya," sesal Keyla

"Saya gakpapa mbak, pacar mbak gak salah. Saya yang sudah menghalangi mobil dia,"

"Tapi,"

"Kamu dengar sendiri kan sayang, dia yang sudah menghalangi mobil aku. Kamu gak perlu meladeni gembel kayak dia, nanti dia malah ngelunjak lagi" Rifky segera mengajak pergi Keyla.

Namun disisi lain ada rasa perih di hati Ara mendengar ucapan pedas pemuda itu, air matanya pun meluruh menatap semua orang yang memperhatikannya seraya mengejek, Ara segera meninggalkan tempat itu dengan rasa sesak di hatinya.

*

Keyla terus mengomeli Rifky karena sikapnya di halaman parkiran tadi, Rifky hanya tersenyum melihat raut kekasihnya itu yang menggemaskan. Ia tak perduli apapun tanggapan orang yang penting untuknya bisa menghabiskan waktu bersama Keyla untuk menghilangkan kekesalannya di rumah.

"Loh, kok dari tadi ketawa aja sayang, kamu gak boleh kayak gitu. Kasian mbak tadi" gumam Keyla

"Hmm sudah, lebih baik kita gak usah memikirkan lagi tentang dia, hari besok kan dia bisa jualan lagi"

"Gak gitu sayang, dia bukan dari keluarga yang mampu pasti kerugiaannya banyak banget, kamu sih harusnya bisa lebih sabar,"

"Iya aku minta maaf, gak lagi deh kayak gitu" jawab Rifky terdiam.

Rifky pun kembali mengingat ucapan orang tuanya yang memintanya untuk menikah dengan gadis lain.

"Kamu kenapa?,"

Lihat selengkapnya