Di sebuah Kota kecil di pinggiran kota A. Hidup seorang gadis sederhana bernama Dania Gadis Atmaja. Wanita 23 tahun berkulit putih, wajah bulat, mata belok dengan bola mata bewarna coklat, tinggi 165 cm. Sedang duduk di sebuah halte bus. Ia menunggu bus yang biasa di tumpanginya untuk menuju kampus.
Jalanan terlihat becek dan banyak kubangan air di pinggiran jalan. Pagi itu hujan sangat deras. Wanita cantik ini hanya duduk sendiri berbekal payung lipat berwarna hitam di tangannya. Ia memandang kearah jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya yang halus dan putih itu.
"Sial! Sudah hampir jam 8 pagi dan aku masih belum sampai ke kampus. Bisa mati aku nanti kalau sampai datang ke kelas telat." Gumamnya dengan hatin yang gusar, ditambah lagi dosen yang mengajar di jam pagi ini terkenal cukup kejam jika memberikan hukuman bagi mahasiswanya yang telat datang mengikuti kelas.
Gadis mengeluarkan handphone miliknya dari tas ransel yang ia taruh di punggungnya. "Hallo, Nana. Kamu sudah sampai di kampus belum?" Tanya gadis.
"Oh, sudah. Ini aku Baru saja sampai. Tetapi bajuku sedikit basah, Aku mau membersihkannya di dalam kamar mandi terlebih dahulu. Memangnya ada apa gadisku sayang?" Tanya Nana kepada gadis yang sedang menelponnya.
"Emm... Itu aku sampai sekarang masih di halte, dan bus yang aku tunggu tidak kunjung datang. Apakah kamu bisa membantuku untuk mengisi daftar hadir?." Kata gadis yang berusaha meminta bantuan kepada Nana.
"Ah, apa kau gila! Aku mana mungkin kau tahu, bukan? Siapa dosen yang akan masuk ke kelas kita pagi ini? Itu pak Seto. Kau tau dia dosen yang angat teliti dan hafal satu persatu wajah kita yang hadir di kelasnya. Mana mungkin aku bisa mengurangi daftar hadir untukmu. Sudahlah, sebaiknya kau naik gojek saja. Jika bus itu tidak datang atau telat, daripada kau di hukum dengan tumpukan tugas selangit oleh pak Seto." Kata Nana memberikan solusi.