Cintai Aku Tanpa Buah Dada

Eka Retnosari
Chapter #8

ASAP YANG MENGEPUL SETIAP KALI SEPATUNYA TERSANGKUT DAHAN

Karena suatu sebab, kedua kakinya terjerembab. Namun, mulutnya tak pernah mengaduh sekalipun terjatuh. Matanya selalu saja awas menatap segala yang mungkin masih dapat melibas. Dari jarak yang tak tersentuh sauh dan tak tercapai oleh bingkai yang dirancang oleh pemilik keledai dan balai-balai. Ia mengusap wajahnya dari tetesan keringat yang membanjir bersamaan anyir. Seseorang meneriakkan suara ke kedua lubang telinganya yang terbiasa dijejali banyak kata. Kata-kata dari mulut ibunya tentang jumlah kerat roti dan monyet di sebuah dahan yang menjadi tempat bermain seseorang yang tak memiliki dan tak menyimpan amunisi dalam panci. Ia ketika menjerang sepotong ayam yang masih utuh dalam sebuah panci, acapkali memperdengarkannya dongeng tentang seorang pemburu yang bersahabat dengan seekor monyet sehingga ketika ia memasuki sebuah hutan, ia selalu tak memiliki rasa takut kepada hewan-hewan di sekitar yang gemar memamah lumut. Pada waktu-waktu tertentu. Singa, jerapah, dan hewan buas yang gemar memakan manusia, akan menjadikannya sebagai salah satu aksesoris bergerak yang berjalan dengan tujuan diletakkan di atas seutas tali dan tangga yang kerap mengeluarkan derak. Ia mengaduh ke arah sauh dengan mata yang awas membilang alang-alang. Kalau-kalau seseorang tiba dengan membawa sebutir kelapa dan sebuah perahu yang dikemudikan oleh anak buah Nuh yang sedang dalam perjalanan menjabarkan awan-awan yang berkelindan. Ia berpakaian lengkap dengan sabuk yang melingkar di pinggang, membagi dua tubuhnya hingga memiliki penopang sekokoh tiang di sebuah perahu pancang. Lidahnya terjalit selama beberapa menit. 

Apel ketika itu sedang menertawakan tingkah seekor tikus di sebuah hutan yang berlari ke arah sawah yang aliran airnya sedang menjadi pijakan. Tak jauh dari tubuhnya, Kersen sedang menanam padi sambil membincangkan remah-remah roti yang ditinggalkan oleh Hensen dan Gretel ketujuh yang berjalan dengan membawa ransel di punggung yang di dalamnya terdapat banyak buku dan gelas yang terbuat dari anyaman di bagian luarnya, serta sembilu. Ketika hujan turun deras, sembilu itu akan berubah menjadi ular-ular kecil kemudian menyelinap ke dalam kotak makan hingga akhirnya ia tampak seperti puding lezat yang segar dan memiliki aroma buah yang tahan selama berbulan-bulan. Kalau-kalau ia kehilangan rasa lapar dan keinginan untuk memakan seluruh bagian bumi yang belum juga mandi. 

Ia berkisah kepada Apel yang mulutnya telah berpuasa dari cerita-cerita tentang bangkai atau almanak yang ditinggalkan oleh saudagar yang tak pandai beradu-tawar. Sementara Kersen sibuk menenangkan angin, ia meranggaskan daun-daun hingga ia menjadi butiran kecil sebelum akhirnya berpindah ke dalam salah satu wadah. Seekor tikus tiba-tiba melompat dan menjadikan lubang tempat padi tersebut ditanam sebagai tempat tinggal berdinding serupa sekam. Keduanya tak terperanjat manakala pada detik berikutnya, datanglah tikus lain yang ukurannya lebih gemuk daripada kerat roti dan bongkahan batu di almari. Ia merenggangkan segala bentuk tetirah yang berubah menjadi wabah. Seseorang yang jarak antara dirinya dengan seutas tali tinggal sejengkal dan kemudian sehasta, mengeluarkan sebuah buku kecil yang tertinggal dalam saku celana mungil. Ia menulis beberapa kalimat bernada sumbang dengan akhiran berupa kisahan tentang kembang. Tahu-tahu langit menelurkan hujan dan jutaan bintang dengan bentuk berlainan, sebagian bundar, sebagian melintang. Payung-payung beraneka bentuk berkejaran di samping deburan. 

Seekor monyet melintas mengejar sebutir kepala yang telah kehilangan hijaunya hingga ia hanya berupa cokelat muda berserabut di seluruh bagian mulut marmut. Setelah kelapa tersebut berpindah ke dalam genggaman tangan, lelaki tersebut menggores banyak kisah tentang alang-alang dan belalang yang gemar berterbangan ke arah mana pun yang di dalamnya tak terdapat kaki manusia. Ia menggores namanya sendiri yang di dalamnya terdapat helaan napas beraromakan kesturi. Seekor burung melintas mengabarkan arah tentang seseorang yang terjatuh karena petuah lebah. Begitu tubuhnya hendak tiba di permukaan tanah, kedua lengan di samping kanan dan kirinya berubah menjadi bentangan sayap meski rapuh. Dari kejauhan, terdengar meriam sedang mengantarkan peluru-peluru yang dipesan. Sebuah kapal berperahu layar tiba dengan membawa seorang nelayan, lelaki dengan napas berembus pelan. Ia menyimpan sebuah peta dalam kantung celananya. Seseorang mengisahkan banyak hal tentang kejaran. Deburan tak memiliki waktu untuk dipatahkan oleh satu atau dua helaan. Napasnya masih tersisa, tercekat di langit-langit, sebelum burung putih yang melintas memilih utara sebagai tujuan sebelum akhirnya ia kembali menaiki langit. Di atas lautan, ia menumpahkan kotoran. Sebelum jeda tiba, perahu layar meminta tubuhnya agar ia memiliki waktu untuk selamat dan mematuhi jadwal mandi dua kali sehari. Sebelum berpapasan dengan dahan, lelaki dengan buku kecil di kantungnya berujar tentang jadwal memanen yang kelak akan tiba pada akhir tahun dengan karung-karung berjajar dan berderet sepanjang jalan yang dilalui Kersen dan Apel sebelum memasuki hutan. 

Lihat selengkapnya