Cintai Aku Tanpa Buah Dada

Eka Retnosari
Chapter #9

JUMLAH GELAS JAMUAN SETELAH HARI MINGGU

Pada mulanya, tempat tersebut adalah sebuah pohon dengan diameter sekitar sepuluh meter. Orang-orang yang telah mengalami lelah yang teramat keramat, akan menjadikan pohon tersebut sebagai tempat paling tepat untuk berjumpa dengan ingatan yang dirindukan sangat. Sebagian orang menemukan tempat pulang ketika hal itu muncul dalam pikiran serupa lintasan benang-benang yang disampaikan awan. Kersen dan Apel berpisah sebelum tiba di kulit pohon yang tebalnya melebihi ratusan perut manusia berusia dewasa. Apel hendak kembali ke suatu negeri yang pernah dimasukinya seorang diri. Seseorang telah menunggunya di suatu tempat dengan keranjang paling lebar dari semua keranjang yang pernah dijajakan di pasar-pasar. Hujan apel dan hujan jeruk telah terjadi di suatu kota yang penduduknya terlelap selama dua puluh empat jam sehari ketika salah satu pintu yang memisahkan dua buah ruang, yaitu ruang tempat seseorang menghabiskan waktu dengan tamasya dan ruang tempat seseorang menganyam benang. Peraturan tentang untuk tidak tersenyum dan menguraikan serta memperpanjang benang-benang yang dijumpai di permukaan meja telah direkatkan di permukaan dinding yang bersanding dengan tiang yang satu sama lain tak pernah bersaing. Memperebutkan ruang di rongga mulut salah satu penduduk kota untuk diperbincangkan di ruang makan atau ruang belakang tempat seseorang, nona ataupun nyonya, menghabiskan waktu dengan melenyapkan lamunan. Lelaki-lelaki berusia di atas lima puluh sedang menautkan kepala dan menanggalkan pertanyaan sehingga ketika raga berjumpa dengan peraduan, yang terdengar hingga ke pohon berdiameter sepuluh meter tersebut adalah perkiraan tentang kebenaran. 

Mereka telah berhenti bertaruh sejak lama, sejak langit menyurutkan benang yang biasa tiba di permukaan atap rumah penduduk pada awal bulan September ataupun Desember. Orang-orang terbiasa terlelap sepanjang tahun sejak pemilik pohon mewajibkan ayam sebagai hidangan di sebuah meja yang untuk menggapainya, diperlukan sebuah gergaji dan sepasang kaki yang kuat dan tidak pongah manakala ia terengah sebelum tiba ke tengah-tengah. Di kaki bukit yang landai, setelah orang-orang, perempuan semacam Kersen menuruni bukit, seorang lelaki berjubah akan mengembuskan asap beraroma asbak yang sebelumnya telah dihiasi banyak bidak. Tubuhnya tak sebesar gajah ataupun dipan tempat seorang tua dan sangar merebah dengan mendahulukan sendawa dan angan-angan tentang petuah yang tersampaikan melalui asap yang dikepul ataupun lidah yang ditautkan ke muka jendela. 

Seorang anak berusia sepuluh selalu melintasi pintu jendela tiap kali suara seorang manusia melebihi suara penyahut ataupun pemahat yang kepala dan ingatannya telah tertaut lama ke permukaan pohon ataupun timbaan. Di tepi sebuah sungai, terpasang pita panjang berwarna kuning yang ditautkan di lengan seorang lelaki yang seluruh bagian dalam dirinya, tubuh, penglihatan, pendengaran, urat, aorta, dan ruh memiliki kepercayaan lebih tinggi daripada aliran sungai dan selorohan api. Orang-orang yang bertandang untuk dijamu sekali waktu, hanya memerlukan telinga dan lengan kanannya sekali waktu, sesaat, sebelum akhirnya tiba kepada sebuah kesimpulan yang tepat tentang petuah. Petuah di kota tempat Apel kelak tumbuh dan melahirkan banyak pendengar serta pelari adalah arah angin serta lompatan yang dapat dilakukan oleh seseorang ketika kedua mata yang melekat di wajah tak dihalangi oleh segala jenis bebatuan ataupun tamparan. Seorang asing yang memasuki kota dengan membawa amunisi berupa tanda-tanda yang didapatnya melalui mimpi dan impian yang tak seberapa, akan sampai pada ruas jalan yang mempertemukannya dengan kotak pos yang ukurannya tak terlalu luas. Karena kotak pos tersebut berwarna merah, akhirnya ia merebah dan berujar bahwa ia telah lama lelah. Tetirahnya selama bertahun-tahun kemudian ditanam dan dipancangkan ke permukaan kotak surat yang di dalamnya terdapat helaian dan telinga yang terpisah sebanyak miliaran kilometer antara penulis surat dengan ia yang kelak akan membaca goresannya ketika langit penuh hujan dan seseorang menyudahi dendam, syak wasangka, dan segala taksiran tentang suaka yang tak jua tiba. Banyak orang mati di samping kotak pos tanpa sempat mengadukan cerita, kisah, dan nasib tentang perubahan yang terjadi di wajah orang-orang yang ditemu dan diterpa angin yang melintas ketika ingatan seseorang ditebas. Begitu saja, seperti laju kereta yang telah lama dinanti seseorang yang menjadikan kereta sebagai salah satu tamu agung, seseorang yang namanya begitu lama ketika disebut-sebut, dilafadzkan dan disebutkan. Diingat serta diperbincangkan dengan suara paling pelan. Tak hanya orang-orang, setan pun mampu mencuri ingatan dan acuan. Seseorang kemudian memindahkannya ke dalam kertas dan merisaknya seperti ia merusak keadaan dan almanak yang telah lama terpancang dan terpaut di dinding yang berdampingan dengan foto Mona Lisa yang kali itu menghadap ke arahnya dengan mata tersorot cahaya. 

Lihat selengkapnya