Pagi itu Jino baru datang ke kampus menaiki motor bututnya yang dicat hijau, apalagi ada hiasan bloreng – bloreng bak tank Jerman, kata orang gaul, meskipun butut tapi keren (caelah PD). Biasalah motor jenis Honda 70’an, kalo nggak dimodifikasi kurang keren, tau sendirikan kondisi Surabaya sekarang ini, suka yang aneh – aneh, biar butut tapi ngalahin motor zaman modern, kata Jino sih motor itu mengandung arti seni yang sangat mendalam.
Seperti biasanya, motornya Jino udah ditaruh dibawah pohon rindang ditempat parkir samping kampus. Hari ini Jino PD abis, gimana nggak PD, dari jaket bloreng kayak tentara, kaosnya bergambar tokoh teroris dunia Osama bin Laden hingga celana komprang warna hijau, bisa dibilang klop abis.
“Bismillah, niat ganteng karena Alloh Ta’alah.” Batin Jino sambil mengotak – atik jaketnya hingga tas slempangnya, tak lupa juga Jino merapikan rambut kribo dambaannya yang mirip kayak Lenny Kravitz dikaca spion motornya.
Jino mulai beranjak pergi dari motor bututnya, lalu berjalan di sela – sela mahasiswa yang beraktivitas, tak terasa jino sudah sampai di ruang kuliahnya.
“Halo Jin,” sapa salah satu teman cewek sekelasnya yang berdiri di pintu.
“Hai Nov.” Balas jino memainkan jarinya dan langsung masuk melewati gadis itu disampingnya
Kemudian…..?
“Eeits, siniiiii, keburu masuk aja.” Novi menarik kerah bajunya.
“Apa sih Nov!” Jino kesal “Kamu minta diciummm, bilang aja,” lanjut Jino memonyongkan bibir ke muka gadis itu.
“Hiii jijiiiiik,” Elak Novi.
“Jaim bangettt!” Jino mencibir.
“Biarin.”
“Nov, keren nggak pake style gini.”
“Emmmmmmm,” Novi mengamati Jino sambil memegang dagunya. “Oke juga, kayak apa ya? Oh ya, mirip satpammm, hahaaa”
Jino langsung sewot