Cinta itu memang rumit dan sulit untuk dimengerti, Jino lagi bingung karena nggak yakin kalo Fela disuruh pulang sama mamanya, dia yakin bener kalo Fela bohong, itu terlihat dari sorot matanya, Jino semakin stress mikirin hal itu, emang sih orang yang kita sayangi dan kita cintai berpeluang besar untuk nyakitin hati kita, realitanya sekarang, cinta memang butuh pengorbanan dan butuh kesabaran tulus dalam menggapai cinta kita, sekarang tau sendirikan, Jino udah meluangkan waktu buat cewek yang dicintainya, tapi malah Jino yang ditinggal sendirian bak kulit kacang yang abis diambil isinya.
Tak lama kemudian Jino keluar dari toko buku mencari wartel untuk menelpon Dewa, sesampai disana Jino langsung memencet nomernya Dewa.
“Tut…tut…tut…halo....,” terdengar seseorang disana.
“Halo, Assalamu alaikum?”
“Wa’alikum salam.”
“Bisa bicara dengan Dewa?” tanya Jino.
“Dewanya lagi pergi, hubungi aja HP nya, ini siapa?”.
“Ini Jino tante.”
“Oh kamu Jin, tadi Dewa pamitan katanya keluar ama Lupi dan temen – temennya.”
“Ya udah tante, makasih, Assalamu alaikum,” Jino langsung menutup telponnya.
Lalu Jino memencet nomer HPnya Lupi dan Dewa ternyata keduanya tidak aktif, kemudian nelpon Indah dan Novi ternyata tidak ada, dasar apes.!
“Fuck,” gerutu Jino kesal sambil mengacak – ngacak rambut kribonya.
Food cort Plaza Surabaya.
“Hai Fela,” sapa Kevin sembari melambaikan tangannya.
Fela menghampiri Kevin lagi duduk di meja makan.
“Ternyata kamu datang juga,” kata Kevin tersenyum.
Fela masih terdiam.
“Kenapa sih kamu diam Fel, what’s wrong?”
Fela menjawab menunduk, “Aku nggak enak sama Jino.”
“Kamu sudah turun kelas, apalagi suka sama cowok tambun apa nggak ada yang lain,” sindir Kevin.
“Dia terlalu baik Vin, aku nggak suka kamu merendahkan orang lain,” ujar Fela.
“Aku ini bicara fakta loh Fel, sudahlah kita fokus ke masalah kita.”