Cintaku Kamu

Lolita Alvianti susintaningrum
Chapter #3

TIGA

Sepertinya cinta telah merubah segalanya. Mulai dari hari-hariku yang datar hitam putih, sampai penampilanku. Biasanya aku adalah cewek super cuek yang tak pernah memikirkan dandananku—walau dulu aku pernah punya gebetan. Hampir setiap hari Mama selalu menceramahiku soal dandanan, namun aku tak pernah peduli. Aku selalu menggerai rambutku, tidak melakukan apa-apa. Paling-paling aku hanya menguncirnya saat jam pelajaran olah raga. Itupun jarang kusisir. Hampir setiap hari pula Mama selalu bernyanyi menyuruhku memakai bedak. Katanya sih biar penampilanku terlihat lebih baik. Tapi aku tak pernah menurutinya. Toh tanpa bedak wajahku juga tidak terlalu jelek.

Namun ajaibnya, pagi ini aku berubah. Aku masuk kamar Mama dan meminjam kosmetik serta jepit rambut Mama. Ku sapukan bedak milik Mama di wajahku dan memulaskan lipgloss yang kubeli kemarin di bibirku. Aku merasa aneh dan tak nyaman dengan penampilan baru ini. Tapi keinginanku untuk tampil lebih cantik lebih kuat.

Setelah selesai me-make up wajahku, aku beralih mendandani rambutku. Aku menyisir rambutku sampai benar-benar rapi lalu menjepitnya. Ini adalah pertama kalinya aku berdandan sebelum berangkat ke sekolah. Semoga saja tidak sia-sia usahaku pagi ini, semoga saja aku terlihat menawan, terutama di depan Sammy.

“Pagi, Ma!” Sapaku saat melihat Mama sibuk menyiapkan sarapan di meja makan.

Mama baru akan menjawab. Tapi tiba-tiba Mama bungkam saat melihatku. Mama melotot tak percaya. Pasti Mama terkejut.

“Gimana, Ma? Cantik kan aku hari ini?” Tanyaku dengan pedenya.

“Iya sih, cantik. Tapi sejak kapan kamu jadi suka dandan begini? Terus itu bedak, lipgloss, sama jepit dapet darimana?”

“Kalau lipgloss aku beli sendiri. Kalau yang lain aku minta sama Mama. Boleh, ya, Ma.”

Mama hanya mengangguk. Aku mengambil piring lalu mengisinya dengan nasi dan sepotong omelet. Tiba-tiba aku merasakan tangan seseorang memegang jidatku.

“Kamu sakit?” Tanya Papa.

“Papa lebay deh. Orang aku udah cantik begini dibilang sakit!”

“Tumben kamu pagi-pagi dandan? Ada angin apa?”

“Angin puting beliung kali.” Kataku asal sambil menyuapkan nasi ke mulutku.

Ku biarkan Papa menatapku bingung. Aku pura-pura cuek.

“Mm… Mama tahu . Pasti kamu lagi jatuh cinta kan?” Celetuk Mama.

Aku tersedak air putih yang sedang kuminum. Dugaan Mama tepat sekali. Duh…! Kok Mama tahu aja kalau aku lagi jatuh cinta?

“Kok kamu kaget gitu? Kenapa? Tebakan Mama bener ya?” Kata Mama.

Aku sedang sibuk mengelap mulutku yang basah. Belum sempat aku menjawab, Mama sudah ngomong lagi.

“Mama tahu kok lagak kamu kalau lagi jatuh cinta. Mama dulu kan juga pernah muda. Pernah jatuh cinta.”

“Mama apaan sih?!” Dengusku malu.

Selama sarapan, Mama dan Papa terus menggodaku. Duuh! Maluuu…!!! Kali ini aku harus menghabiskan sarapanku lebih cepat. Biar bisa kabur dari Mama dan Papa.

 

***

 

Dengan sedikit kurang percaya diri, aku berjalan melintasi koridor sekolah menuju kelas. Dalam otakku, aku terus menerka bagaimana reaksi Sammy saat melihat penampilanku yang beda dari biasanya. Ada dua kemungkinan yang akan terjadi. Pertama (kalau aku boleh bermimpi) Sammy akan terpesona dan kagum. Kemungkinan kedua—bisa dibilang kemungkinan yang lumayan buruk—Sammy akan mencuekiku dan nanti aku akan terkesan berlebihan. Semoga kemungkinan kedua tidak terjadi.

Sesampainya di ambang pintu kelas, aku bertemu Devon yang sedang piket. Dia berhenti menyapu sejenak dan menatapku. Kalau dilihat dari sorot mata dan ekspresi wajahnya sih, sepertinya dia terkejut dan kagum. Yang jelas, Devon menghalangi jalanku.

“Misi dong! Gue mau lewat.” Ujarku padanya.

Lihat selengkapnya