BAB 1
Ruangan sempit itu hanya memiliki sumber penerangan sebuah lampu yang memancarkan cahaya merah, membuat suasana di situ terkesan muram dan gelap. Bahkan nyanyian lagu pop berirama ceria yang terdengar sedang mengalun keluar dari sebuah speaker portable yang diletakan di salah satu meja di pojokan -berdampingan dengan sebuah kamera yang memiliki lensa panjang, pun tidak mampu untuk mengubah kesan itu. Tapi atmosfer yang dapat membuat hati siapa pun yang sedang berada di dalamnya menjadi sedih itu, sama sekali tidak mempengaruhi sesosok yang mengenakan jaket hitam dengan tudung kepala yang menutup sampai ke dahinya. Keadaan yang remang-remang begitu membuatnya sulit untuk dikenali, apalagi dia mengenakan masker yang menutupi setengah wajahnya, hampir tidak mungkin untuk mengenali siapa orang itu, bahkan di siang hari yang benderang sinar matahari sekali pun.
Sosok itu sedang asyik mengerjakan sesuatu sambil sesekali bergoyang mengikuti irama lagu, ia berdiri menghadap tiga buah bak plastik kecil dan dangkal yang semuanya berisi cairan, bergantian merendam lembaran demi lembaran, memindahkannya dari satu bak ke bak lain yang diletakan berdampingan, lalu menggantungkan lembaran-lembaran itu pada seutas tali yang diikatkan dari ujung ke ujung ruangan kecil tempatnya berada itu. Pada mulanya lembaran-lembaran yang masih basah itu tidak menampakan apa-apa, tapi perlahan gambar mulai muncul di situ, semakin lama semakin jelas, sampai akhirnya menjadi sebuah foto.
Kini sudah ada kira-kira dua lusin lebih foto tergantung pada dua utas tali. Sosok itu mengamatinya satu persatu, menunggu sebentar sampai foto-foto itu kering dan proses kimianya sudah benar-benar selesai, baru kemudian ia mengumpulkan semuanya, lalu keluar dari dalam ruangan sempit itu.