Cita-Cita Ayah

E. N. Mahera
Chapter #3

Tuhan atau Kamu

kepada mereka yang saling cinta

meski beda hari ibadah

 

MALAM AKAN TIBA, Lana duduk di dekat jendela kamarnya menatap keluar, remang cahaya matahari meruangi langit yang akan menggelapkan diri. Di tangannya ada surat yang terlipat. Lana sedang merenungkan apa yang tadi siang ibu katakan. Lana belum siap, sebagai anak berumur sepuluh tahun yang berayah entah siapa, dia selalu berharap akan datang seorang malaikat menampakkan diri di hadapannya. Bila saat itu tiba, dia akan meminta agar dipertemukan dengan ayahnya. Lana yakin waktunya pasti petang seperti saat ini. Malaikat akan muncul dari atas langit yang meremang dan Lana akan mengajukan permintaannya.

Ayah pernah menulis dalam suratnya, “…. Tetaplah berharap, Sayang. Mintalah kepada malaikat agar waktunya tiba segera. Mintalah kepada langit setiap kali terang dan gelap bertukar tempat sebab malaikat bekerja pada waktu-waktu tersebut.”

Itulah harapan Lana, kerinduannya pada ayah tak berbatas, tapi kecemburuan pada teman-temannya yang berayah sudah pada batasnya.

 

*

 

Tadi siang, Lana begitu terkejut karena penantiannya untuk bertemu sang ayah dimustahilkan semesta. Tadi siang, di ruang tengah, ibu dengan hati-hati menjelaskan bahwa dia akan bercerai dengan ayah. Lana tak begitu mengerti apa arti perceraian, tapi Lana sangat kecewa karena ibu berkata dengan ragu-ragu dan seakan menyesali apa yang keluar dari mulutnya. Ibu tak meminta tapi Lana merasa diminta untuk memilih, ayah atau ibu. Apalagi ibu juga bilang, kalau Lana memilih ayah, Lana tidak akan bertemu ibu lagi, begitu pun sebaliknya.

Sebenarnya Lana tak berharap banyak. Lana cuma ingin tahu seperti apa ayahnya, setidaknya dia bisa membuktikan kepada sahabatnya Melati bahwa ayahnya memang nyata. Melati selalu sering bilang, “Ayah kamu itu mungkin sudah ada di surga, ibumu pasti bohong.” Itu kata-kata Melati yang sulit Lana lupakan.

Tapi, Lana tetap percaya pada surat-surat sang ayah yang selalu menyertakan boneka-boneka sebagai hadiah. Semua boneka yang ada di kamarnya, yang saat ini sedang menatapnya yang merenung adalah pemberian ayah.

Lihat selengkapnya