CITY LIGHTS

Robin Wijaya
Chapter #4

09.55

Bagus

Gua melamun sebelum meeting. Dan ini bukan kebiasaan gua sebenarnya.

Barusan Rara WhatsApp, ngabarin kalo anak gua agak sumeng dari bangun tidur. Gua cuma balas, “Biasanya dikasih apa Ra?” Rara bilang kalo baru sumeng-sumeng doang, Bara dikasih minum air putih aja yang banyak. Bara tuh nama anak gua. Singkatan dari Bagus dan Rara. Segampang itu ngasih nama anak? Iya, segampang itu. Ngapain juga pusing-pusing sampai bedah buku nama-nama bayi. Ujung-ujungnya juga cuma dipanggil Caca, Cia, Aya, Na, Ra, Al, dan kawan-kawan. Seuprit dari segerbong nama yang panjang dan susah dieja.

Gua emang jarang banget update soal kondisi anak di rumah. Apalagi kalo udah kerja begini. Lupa aja gitu sama urusan-urusan di rumah. Cuma pas tadi ngobrol sama Anna, waktu gua minta Yuke dilibatkan lebih banyak karena melihat potensi dalam diri anak itu, tiba-tiba obrolan tentang keluarga nyelip ke dalamnya tanpa sengaja.

Menurut Anna, Yuke adalah calon leader potensial yang terhalang sama masalah keluarganya. Awalnya Anna emang enggak mau cerita, karena ini sifatnya personal. Tapi sebagai pemimpin, gua rasa gua perlu tahu apa yang terjadi dengan anggota tim gua. Supaya gua enggak ceroboh mengambil keputusan buat mereka, atau memberikan respons yang negatif.

Intinya, ini semua soal anak. Anaknya Yuke didiagnosis autisme. Waktu, pikiran dan perasaan Yuke lebih banyak tercurah buat anaknya itu. Makanya, Yuke kerja optimal di jam kerjanya supaya dia enggak harus overtime di kantor. Dan itu juga yang membuat Yuke menolak promosi-promosi karena saat ini dia butuh waktu untuk anaknya.

Gua bilang sama Anna, gua sendiri enggak pernah pengin tim gua mesti overtime, karena gua lebih percaya produktivitas daripada sibuk. Being productive means kita bisa mengoptimalkan kemampuan kita di waktu yang kita punya untuk menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan. Ada deadline dan hasil yang jelas. Sedangkan being busy cuma ngabisin waktu aja, tapi enggak menghasilkan apa-apa.

Well, back to kasusnya Yuke. Gara-gara ngobrolin masalah dia sama Anna, tiba-tiba gua jadi kepikiran Bara sama Rara. Gimana ya kalo gua mengalami kejadian yang sama seperti Yuke? Gue bisa bayangin betapa repotnya Rara mengurus Bara di rumah. Bara baik-baik aja, Rara sudah pusing kok. Ya, anak kita soalnya aktif juga. Jadi di poin ini, gua bisa accept alasannya Yuke.

Lima menit menuju meeting, gua mesti tenggak air putih dulu segelas biar pikiran jernih lagi. Terus ngetik pesan buat Rara supaya ngabarin gua kondisi Bara. Terus ngecek persiapan terakhir buat meeting. Eh, enggak perlu juga sih. Semua sudah ditangani Anna dengan baik. Terus balas pesan yang baru saja masuk.

 

Iya, nanti gua jemput lo ya.

 

Lihat selengkapnya