CITY LIGHTS

Robin Wijaya
Chapter #7

13.15

Maria

Masakan sudah terhidang dan Guntur masih belum selesai juga dengan sepeda motornya di halaman rumah.

“Katanya tinggal dikencangin doang?” tanya saya.

“Iya nih. Ternyata girnya juga sudah nggak bagus.” Guntur menjawab sambil memutar-mutar anak kunci untuk mengencangkan baut.

Saya duduk di dipan, menunggui Guntur yang terus berjibaku dengan pekerjaannya. Dia mengusap keringat di keningnya dengan lengan baju. Lalu menoleh ke arah saya.

“Kamu sudah mau makan?” tanyanya.

“Nanti saja. Bareng-bareng. Masih lama ya? Kamu belum salat loh.”

“Ini tinggal pasang yang ini,” ujarnya. Mengangkat baut seukuran kelingking dan memasukkannya ke poros roda.

Guntur membersihkan noda-noda oli dan minyak di tangannya dengan lap kering yang tersampir di pagar rumha. Dia berkacak pinggang sambil menghela napas panjang.

“Ayo masuk,” ajaknya, meluyur duluan ke dalam rumah.

Setelah membersihkan diri dengan sabun, Guntur kemudian berwudu dan menunaikan ibadah salat zuhur. Saya menunggu di meja makan sementara televisi yang saya nyalakan karena dikira Guntur akan menontonnya, sudah saya matikan sejak tadi.

Guntur duduk di kursi persis di hadapan saya. Dua sendok penuh nasi saya tuangkan ke piringnya. Dua potong tempe goreng tepung, terung yang dimasak balado, serta selada segar sebagai lalap.

Guntur makan dengan lahap. Jari-jemarinya dikotori nasi-nasi yang menempel. Dia lebih suka makan dengan tangan daripada menggunakan sendok dan garpu. Tidak apa-apa, saya tidak mempermasalahkannya. Makan dengan tangan juga bagian dari sunah. Dan saya tahu siapa suami saya. Dia patuh menjalani sunah-sunah Nabi bahkan untuk hal-hal yang sangat sederhana. Seperti adab makan dan minum ini contohnya.

Kami makan dalam hening. Tidak ada obrolan atau senda gurau. Bagi saya, ini juga tidak apa-apa. Kami sudah terbiasa makan tanpa suara sejak dulu. Setelah ritual di meja makan sudah selesai, kami punya banyak waktu untuk mengobrol. Biasanya juga begitu.

Tetapi hari ini hal itu tidak berlaku. Guntur bangkit dari kursi, meletakkan piring di bak cuci, mencuci tangannya hingga bersih, lalu pergi ke kamar untuk mengambil jaket.

Lihat selengkapnya