Bagus
Satu botol minuman beralkohol tergeletak di atas nakas. Gua duduk berselonjor, mengisap rokok sambil menonton tayangan berita di televisi. Tora duduk di kursi, sibuk dengan game di ponselnya.
Kita sampai di Bogor kurang lebih setengah jam yang lalu. Layanan aplikasi pemesanan daring menyebutkan pemesanan atas nama Tora. Dia menyelesaikan semua pembayaran di muka. Enggak ada tunggakan sehingga kita bisa langsung check out tanpa ribet besok. Lagipula, karena kita bakal check out pagi-pagi, sebaiknya semua urusan dibereskan malam ini.
Ini rokok pertama yang gua isap setelah minggu-minggu yang panjang. Dengan hanya mengenakan celana pendek dan kemeja yang enggak terkancing. Hawa sejuk dari pendingin ruangan, dan me-time tanpa gangguan. Gue sangat menikmati momen-momen ini.
“Mau makan enggak?” tanya Tora. Selesai main game juga dia akhirnya.
“Nanti dulu. Lagi tanggung. Lo mandi dulu sana,” perintah gua. Gerah ngelihat kaus Tora yang lepek karena keringat. Oh iya, Tora ini gampang mabuk perjalanan. Seringnya, kalo naik mobil, dia mual sampai keluar keringat dingin.
“Masih basah baju gua.” Tora beralasan.
“Keburu malam. Tadi lo ngajakin makan,” ujar gua, mengingatkan kata-kata dia sendiri.
“Mandi bareng yuk,” ajaknya sambil cengar-cengir.
“Dasar maho lo.”
Tawa Tora menggiring langkahnya ke kamar mandi. Dia sanggup tuntas hanya dalam waktu sepuluh menit saja. Dengan handuk masih melilit di pinggang, Tora mengambil cangkir dan meneguk air putih hingga habis.
“Mau booking cewek nggak?” tanyanya.
Gua diam agak lama sebelum menjawab tawaran Tora.
“Next time aja deh. Gua pengin tidur malam ini.”
“Tidur? Tumben lo.” Tora nyaris tertawa mendengar jawaban gua. Tapi gua emang lagi ngerasa capek banget. Makanya gua cuma pesan minuman sama obat. In case gua pengin mabok buat ngelepasin penat, gua bisa langsung teler setelah itu.
“Jangan kebablasan ya. Lo sendiri yang bilang mau cabut pagi-pagi besok.” Tora mengingatkan. Dia mengambil kaus bersih dan celana pendek dari dalam tas kemudian. Lalu melompat ke tempat tidur. Rebah persis di sebelah gua. Padahal kita pesan kamar yang twin. Ngapain lagi nih anak nempel-nempel kayak benalu?
Tora menyalakan rokok pertamanya malam ini. Asap mengepul tinggi-tinggi. “Bini lo nggak nyariin?” tanya Tora di sela-sela isapan rokoknya.
“Nggak lah. Kan kerjaan luar kota. Kenapa lo, tumben nanyain bini gua?”
“Nggak apa-apa.”
“Dia percaya gua. Lo nggak usah khawatir.” Gua memberi peyakinan.
“Ah, gue nggak khawatir.” Tora membalas cepat. “Gue tahu kok dia percaya banget sama lo. Gue cuma mikirin lo.”
“Mikirin gua?” Gua nyengir mendengar statement Tora barusan. Apa yang dia khawatirkan tentang gua coba?
“Iya. Mikirin apa yang saat ini lo pikirin. Malah, apa yang selama ini lo pikirin.”
“You know me as well.”
“Cuma sebagian. We have our own personal side. Gua nggak tahu di bagian itu.”
“Gua udah bagi semuanya ke lo.”