CITY LIGHTS

Robin Wijaya
Chapter #15

21.15

Yuke

Mas Adi meletakkan guling dan bantal di tepi tempat tidur sebagai pembatas untuk melindungi Cyla jika ia berguling saat tidur. Aku dan Mas Adi memandangi Cyla yang tampak nyenyak dalam tidurnya. Mas Adi merangkul pinggangku dan mengecup keningku lembut. Kami bahagia dan bersyukur dengan kehadiran Cyla. Seperti apapun kondisi anak kami saat ini, apapun kekurangan dan kesulitan yang mesti kami hadapai. Tetapi hal tersebut tidak mengurangi kebahagiaan kami sedikit pun.

Aku pergi ke dapur untuk membuatkan Mas Adi kopi, dan teh manis hangat untuk aku sendiri. Kami kembali ke ruang depan, meninggal Cyla yang terlelap. Mas Adi memutar musik dengan suara pelan. Kesukaan kami berdua adalah cover akustik lagu-lagu terkenal. Nyaman didengarkan, tidak berisik, dan membuat tenang.

Mas Adi menempelkan bantal di dinding untuk bersandar. Aku duduk di sebelahnya, menjatuhkan kepalaku di bahunya. Aroma kopi dan teh bercampur di ruangan ini. Pikiran, idealisme, impian, tujuan hidup, seharusnya juga bercampur menjadi satu setelah pernikahan ini dimulai.

“Setelah ini kita akan ngapain, Mas?” tanyaku.

“Memilih pekerjaan yang lebih baik untuk kita semua. Untuk aku dan kamu, juga untuk Cyla,” jawab Mas Adi.

“Aku kayaknya mau dipromosikan sama Mbak Anna.”

“Terima aja, Yuk.”

Aku mengangkat bahuku sejenak, menatap Mas Adi. “Nanti kesibukanku di luar jadi lebih banyak. Cyla bagaimana?”

“Kenapa kita harus takut sama risiko, Yuk?” Mas Adi menuntunku untuk kembali bersandar di bahunya.

“Aku akan minta shift-ku dipindah ke pagi hari, atau cari kerja supaya shift kita sama. Kita akan cari orang untuk mengurus Cyla. Malam harinya, kita bisa kumpul bertiga. Cyla butuh kebersamaan untuk kita.”

“Terus apa lagi, Mas?”

“Kita akan berusaha lebih giat. Mencari tempat tinggal dan lingkungan yang lebih aman untuk Cyla.”

“Kamu tahu dimana tempatnya?”

“Nggak, Yuk. Tapi nanti pasti ketemu. Kalau kita sudah bisa kumpul di rumah setiap malam, kita bisa pakai waktu weekend untuk ke rumah Ibu, juga nengokin Mama kamu. Kita bisa pergi ke taman, atau bawa Cyla jalan ke tempat umum lebih sering.”

“Orang-orang akan bisa mengerti keadaan Cyla, Mas?”

“Ya. Jika dimulai dari kita dulu.”

“Jangan lupa sama Pak Guntur dan Ibu Maria, Mas.” Aku mengingatkan.

“Nggak, Yuk. Kalo kita sudah pindah pun, kita pasti masih akan main ke sini. Mereka kan sudah seperti orang tua pengganti buat kita.”

Lihat selengkapnya