CITY PURPLE

Yuda Juanda
Chapter #2

On the way Yogyakarta


Bandung 2023.

Yuda, Mia, dan Abi turun dari mobil taksi online. Dan berjalan menuju rumah Ibunya Mia. Ibu sudah menunggu kedatangan mereka di depan rumah. Abi antusias bertemu dengan neneknya itu.

“Nenek.” Abi lari lalu memeluk Nenek.

Nenek menggendong Abi. Mereka masuk rumah.

Di dalam rumah Nenek sudah mempersiapkan makanan di atas meja. Mia sedikit melihat ke arah kamar Ibunya. Terlihat Bapaknya duduk di kursi roda dengan tatapan kosong.

“Gimana perkembangan Bapak?” Tanya Mia ke Ibu.

“Ya, harus semakin lebih disiplin minum obatnya.” Jawab Ibu.

“Kamu nggak salam dulu ke Bapak?” Lanjut Ibu.

Mia tidak menjawab pertanyaan Ibu mengalihkannya dengan mengambil makanan.

Mia, Yuda, Abi, dan Ibu menyantap makanan. Ibu melihat kerenggangan antara Yuda dan anaknya itu. Meja makan sangat canggung. Mereka terus melanjutkan menyantap makanan. Abi berhenti makan.

"Udah, Bun." Kata Abi sambil turun dari kursi.

"Ini dua suapan lagi, tanggung Yang." Kata Mia sambil mengarahkan sendok yang terisi nasi ke Abi.

"Kenyang," Abi berlari ke kamar Ibu.

Mia melanjutkan makannya. Kemudian Mia mengambil ponselnya, terlihat dia transaksi membayar tagihan listrik.

“Ehmmm..." Ibu mengatur nafas. "Kalian hati-hati ya, disana?” Ucap Ibu Ke Mia, dan Yuda.

Mia hanya mengangguk dan menaruh kembali ponselnya.

“Iya Bu.” Jawab Yuda.

Setelah selesai makan Ibu pergi ke kamar untuk menyuapi Bapak makan.

Mia dan Yuda tidak bicara sepatah kata pun. Ibu menyuapi Bapak penuh dengan usaha, karena mulut Bapak itu susah mangap. Banyak nasi berjatuhan, Ibu membersihkannya. Dari arah meja makan Mia memperhatikan Ibu lewat pintu yang sedikit terbuka. Setelah beres menyuapi Bapak, Ibu menghampiri Abi di kamar sebelah.

Ibu mengkeloni Abi yang tertidur di tangan kanannya masih memegang mainan. Di depan pintu Mia berdiri.

“Bu, kami pamit dulu.” Kata Mia pelan.

Ibu hanya mengisyaratkan dengan tangannya. Mia pelan-pelan menutup pintu kamar. Supaya Abi tidak mendengarnya.

*

Bandung 2019.

Mia dibonceng oleh Yuda dengan mogenya. Mia dan Yuda serasi dengan kacamata hitam serta helm bogo, dengan ciri khas desain klasiknya. Terlihat kebahagian terpancar dari wajah mereka.

"Ini awal perjalan aku dan kisah hidup aku," Suara hati Mia.

“Kamu belum kasih tau, kita mau kemana?” Tanya Mia dengan suara keras karena sedang di motor.

“Ada deh,” Jawab Yuda.

“Ih jawab, ah... Aku mau diculik kemana?” Tanya Mia dengan seru.

 "Nggak akan diculik "

 "Serius ih, aku mau diculik ya? Terus nanti teh aku disekap di ruang bawah tanah, tiap hari dicumbui, hahaha... " Ucap Mia bercanda.

Yuda melirik lewat kaca spion, dia tak berkata-kata hanya tersenyum mesum.

Mia menepuk pundak Yuda. "Nggak usah dibayangin deh! "

"Ha ha ha ha, lagian kamu ah, otaknya seperti di film - film "

 "Jadi kita mau kemana nih? Jawab! kalau enggak aku lompat nih " Tanya Mia kembali sedikit mengancam.

“Kita akan ke... Jogja.” Jawab Yuda.

“Hah... beneran?“ Tanya Mia serius.

Jawab Yuda. “Beneran, dong ”

“Kenapa Jogja? ” Kata Mia.

“Karena jogja bagi aku adalah kota yang tenang, dan paket lengkap, ada pantainya, ada gunungnya, ada tempat bersejarahnya, makanannya enak-enak, murah-murah, dan ramah-ramah orang-orangnya, kamu pasti suka!" Yuda menganggungkan kota favoritnya itu.

“Kata ulangnya kebanyakan, A!” Kata Mia.

“Kamu belum pernah ke Jogja? ”

"Belum," Mia menjawab.

"Nanti kalo kita tiba disana kamu langsung paham soal diksi aku," Yuda menyatakan dengan percaya diri.

Mia tertawa kecil. Mia mengangkat kedua tangannya keatas mengungkapkan kebahagiaannya. “Yeaaaahhhhh!”

Melihat Mia, Yuda tersenyum melalui kaca spion nya.

*

Bandung 2023.

Di dalam kereta Yuda duduk berhadapan dengan Mia. Mia menyenderkan kepalanya ke kursi. Menatap keluar jendela. Mia menggunakan headset di telinganya. Yuda sesekali menatap Mia. Lalu menatap cincin yang ada di jari manisnya. Suasana masih terlihat canggung, malah semakin parah. Beberapa lama kemudian Yuda ngantuk, menahan rasa kantuknya itu. Namun tak tertahan sehingga Yuda tertidur.

Akhirnya Mia menatap Yuda, melihat ke sekeliling para penumpang. Terlihat ada penumpang di kursi depan sepertinya sepasang suami istri bersama seorang anak perempuan sedang mengobrol hangat serta bahagia. Terlihat Mia iri melihatnya.

"Aku pernah berada di posisi itu. Sekarang, aku harus kerja keras untuk kembali ke sana," dalam hati Mia berkata. Kemudian menarik nafas panjang dan kembali menikmati perjalan.

*

Ciamis 2019.

Yuda dan Mia berhenti sejenak di warung kopi di pinggir jalan. Mereka turun dari moge dan berjalan lalu duduk ke warung sederhana pinggir jalan.

Mereka memesan.

“Bu, kopi hitam satu,” Pesan Yuda.

“Kamu mau apa? ” Tanya Yuda ke Mia.

“Aku, ehmm mau energen cokelat aja Bu,” Pesan Mia.

Ibu warung membuatkan pesanan.

“Eh. Bantuin aku bikin video casting, ya” Kata Yuda.

"Sekarang?" Tanya Mia.

"Iya sekarang, sambil nunggu kopi ya "

“ Boleh, dimana? "

Yuda menengok kiri kanan jalan. Mobil motor berlalu lalang.

“Jangan di sini. Kita cari tempat yang lebih bersahaja,” kata Yuda.

"Okeee..." Jawab Mia menuruti Yuda.

Yuda dan Mia pergi mencari tempat yang lebih sepi, akhirnya menemukannya yaitu di belakang warung kopi tersebut. Terlihat suasana sepi.

"Kenapa harus tempat sepi, sih? Wah jangan-jangan, jadi nih aku disekap? Haha," kata Mia penuh canda.

"Enggaklah haha, emang harus ditempat sepi, biar nggak noise gituloh. Tadi pinggir jalan banget. Banyak bunyi kendaraan," Jawab Yuda.

"Hmmm..."

Mia menekan tombol on. "Satu, dua, tiga, action." Mia merekam casting Yuda. Yuda berdialog sendiri.

“Mah, maafin Papah ya, Papah loyo sekarang. Mamah pasti nggak puas, ya.” Yuda berakting sempoyongan.

Mia tidak tahan melihat Yuda yang berperan sebagai pria lemah dalam bercinta. Mia tertawa membuat video menjadi goyang.

“Atuh... Kamu teh jangan gerak,” Ujar Yuda.

“Atuh da nggak tahan, hahaha,” Mia tertawa terbahak.

“Ulang ah, jangan ketawa, ya,” Kata Yuda.

“Insallah, hahaha.” Mia masih mencoba menahan tawa.

“Kamu atuh da mukanya kartun," lanjut Mia.

"Kartun naon atuh? Tomen Jeri? Haha, lanjut ya."

"Iya," Mia antusias.

"Jangan goyang."

"Iya, bawel."

Setelah selesai membuatkan video casting, Mia dan Yuda kembali ke warung dan menikmati segelas kopi dan energen cokelat. Yuda mengirim video casting, sedangkan Mia mengipas-ngipas badannya dengan tangan. Terlihat Mia berkeringat kepanasan.

"Gerah ih, A nanti kalau ada pom bensin berhenti dulu. Aku mau mandi " 

"Hah? Mandi?!" Yuda sedikit terkejut, tapi dia mengekspresikan dirinya dengan hiperbola.

"Biasa aja kali, emang belum pernah dengar orang mau mandi?" Kata Mia yang masih terus mengipasi tubuhnya.

"Ya, mandinya di pom bensin, hahaha. Kamu emang suka kegerahan gini, ya?" Kata Yuda.

"Iya tapi di toiletnya sama air, bukan sama bensin. Makanya aku harus mandi. Nggak enak, nih," Mia mengeluh.

"Ok, ok"

*

Yogyakarta 2023.

Yuda dan Mia sampai di Stasiun Lampuyangan Kota Jogja. Keramaian orang di kota tersebut menyatu dengan lalu lalang kendaraan. Maklum Jogjakarta salah satu tujuan wisata terbaik di negeri ini. Yuda jalan duluan diikuti Mia. Mereka menuju sebuah rumah kenalan mereka.

Setibanya di depan halaman rumah, Yuda dan Mia melihat seorang pria berumur 30-an tidur di dipan rotan sambil merokok, dia adalah Mas Gufron. Yuda melambaikan tangan ke Mas Gufron. Mas Gufron langsung menyambut Yuda dan Mia. Mas Gufron ini adalah kenalan Yuda dan dia bekerja sebagai orang yang menyediakan jasa rental motor.

“Mas Yuda. Sehat Mas?” Gufron menyodorkan tangannya untuk bersalaman.

“Sehat Mas Gufron, gimana sebaliknya Mas?” Yuda menerima salam dari Gufron.

"Sehat, alhamdulillah sehat." Gufron melihat Mia. “Mbak Mia, gimana sehat Mbak?"

“Sehat, Mas.” Jawab Mia.

"Mas Yuda sama Mbak Mia dah berapa tahun nggak sini, ya?" Ujar Mas Gufron.

"Tahunan Mas, hehe," jawab Yuda singkat.

“Anak udah berapa?” Gufron bertanya kepada Mia dan Yuda.

“Baru satu, Mas,” jawab Yuda.

“Alhamdulilah yo Mas. Saya doakan semoga cepat nambah lagi, yo,” ucap Gufron.

Yuda dan Mia saling tatap canggung.

Gufron menawarkan motor. “Mau sewa motor apa, Mas?”

“Euh.. matic aja,” jawab Yuda.

“Siap laksanakan, Mas!" Gufron sigap seraya melanjutkan obrolan.

“Nginep di Jira Mas?“ Lanjut Gufron.

“Iya, Mas,” jawab Yuda.

Gufron memarkirkan motor matic yang akan disewa Yuda. Yuda mengeluarkan KTP dan sejumlah uang dan diberikan ke Gufron.

“Duluan ya, Mas,” pamit Yuda.

“Yo, ati-ati, Mas,” Gufron mengantar sambil tersenyum.

Yuda dan Mia pun bergegas pergi ke jalan dengan motor matic sewaan.

*

Yogyakarta 2019.

Yuda dan Mia sampai di penginapan Raflesia Inn sebuah penginapan sederhana yang bersih dan murah. Seorang Perempuan muda bernama Jira yang masih di awal umur 20 menyambut Yuda dan Mia. Jira adalah anak dari pemilik penginapan. Dia datang dengan pakaian tradisional dengan rok bawahan batik.

“Mas Yuda,” sambut Jira yang mendekati Yuda dan Mia di atas motor gede.

 Yuda dan Mia turun dari motor. "Saya sehat, kalo Mbak?" Yuda bertanya balik ke Jira sambil menyodorkan tangan ke Jira.

 "Alhamdulilah sehat, Mas," Jawab Jira sambil berjabat tangan dengan Yuda.

“Mbak Jira, kenalin, ini Mia "

Mia dan Jira bersalaman.

“Jira,“ dia mengenalkan diri. 

“Mia,“ sama dengan Mia.

“Pacarne, Mas?“ Tanya Jira.

“Belum, hahaha,” Yuda menjawab dengan tawa.

Mia tersenyum dan menepuk pundak Yuda.

"Mari, Mas dan Mbak, mau langsung check in atau santap sarapan dulu?" Jira memasang sikap profesional.

"Mia, gimana?" Yuda melemparkan pertanyaan ke Mia.

"Hmmm, sarapan sih udah agak telat, ya. Mau makan siang belum waktunya... Kalau ngopi lagi aja gimana?" Mia mengatur opsinya.

"Hm, di sini masih nyediain menu brunch, gak Jir?" Yuda bertanya ke Jira.

"Masih... Kalo mau bisa lihat menunya di dapur." Jira mengarahkan Yuda dan Mia ke dapur. "Mari saya antar."

Jira mengantar Yuda dan Mia ke dapur penginapan. Mereka masuk melewati pintu besar yang terbuat dari kayu jati. Seluruh tempat ini ber-estetik rustic tradisional, penuh ukiran kayu. Mata Mia melihat kesana kemari sambil mereka mengikuti Jira melewati kamar-kamar yang masih kosong. Yuda melihat Mia yang takjub tersenyum kemenangan.

Mereka sampai di "dapur", sebuah resto dengan bar dan meja-meja semua terbuat dari kayu cokelat gelap menambah nuansa adem. Taman kecil terbuka menjadi ventilasi datangnya udara dingin masuk, menjaga kesejukan dan menghilangkan kelembapan.

Jira mengarahkan ke salah satu meja kursi couple.

“Kopi, Mas? Seperti biasa?" Jira menjadi penunggu saji.

Yuda mengangguk senyum.

"Mbaknya mau apa?” Tanya Jira.

“Teh manis aja Mbak, makasih” Jawab Mia.

"Sama roti bakar, boleh ya?" Yuda menambahkan.

"Siap, Mas." Jira pergi ke belakang Bar dan membuat pesanan Yuda dan Mia.

Yuda dan Mia beradu pandang sambil tersenyum.

"Kamu, kok, udah kayak tuan rumah aja di sini?" Mia bertanya jahil.

"Iya, dong. Ini cafe sama penginapan semua aku yang punya," kata Yuda sambil menunjuk sekeliling.

"Wow, beneran?"

"Nggak, dong, hahahaha," kata Yuda sambil tertawa canda.

"Tahu tempat ini dari mana?" Tanya Mia.

“Jadi dulu aku pernah nginep di sini sama temen-temen film aku. Waktu itu, kita shooting di Malioboro buat film festival. Biasa film indie pendek budget kecil-kecilan..." Yuda mengingat masa lalu.

"Oh, ya? Keren, sih... Tapi, kan, aku nanyanya kenapa tahu tempat ini..."

"Kita sih, ke sini karena ada Jira yang cantik, hehehe..." Yuda menjawab canda santai.

"Ih, dasar laki-laki!"

"Ya, benernya kita nyari tempat murah aja, sih. Di sini itu biaya kamar seratu ribu per hari, udah ada wifi, kamar mandi shower, dan gratis kopi. Dari situ kita bisa kenal sama Jira dan Gufron,” Ujar Yuda.

"Gufron yang mana?" Mia bingung.

"Ada nanti Gufron, aku kenalin. Tukang rental motor," jawab Yuda.

 "Oh iya, iya... Pokoknya yang penting air di sini banyak dan bersih," kata Mia.

 "Aman, dong," Yuda mengacungkan jempol.

Jira tersenyum sambil mengaduk kopi. Mia mengangguk mendengarkan Yuda.

“Ini Mas, Mbak, kopi sama teh, nya,” Jira menaruh kopi dan teh di meja.

"Kamar kosong semua, Mbak?" Tanya Yuda, sambil menyeruput kopi.

"Kosong sih karena lagi pada jalan-jalan, Mas. Tapi, tadi pagi kamar nomor 3 baru aja check out," Jira mengkonfirmasi.

"Loh, nomor 3? Sekarang jadi 3 kamar? Dulu, kan, cuman 2," Yuda bertanya.

"Progres, lah, Mas. Ini pun Bapak lagi ngumpulin biaya untuk nambah kamar, jadi mau ditingkatin lagi ke atas, nanti jadi bertingkat-tingkat" Tangan Jira gerak-gerak mengilustrasikan.

 "Wah... Mantap iki," kata Yuda bercanda.

"Oh ya Mas ini kuncinya. Takutnya mau istirahat sekarang "

Yuda menerima kunci. "Iya hehe. Ya sudah, kami istirahat dulu, ya Mbak." Yuda dan Mia beranjak sambil pamit ke kamar.

"Ke kamar dulu, Mbak," Pamit Mia.

"Iya, iya. Selamat istirahat Mbak, Mas," tutup Jira.

Mia menggandeng Yuda sambil melihat Jira yang membereskan gelas dan piring.

"Imut, ya, anaknya," kata Mia.

"Yoi," kata Yuda.

*

Yogyakarta 2023.

Di kamar penginapan, Mia tidur pulas dengan kondisi tengkurap. Yuda yang melihatnya pergi ke dapur kopi. Di sana sudah ada Jira yang sedang duduk santai, menjadi penjaga dapur.

Jira menawarkan. "Eh Mas, kopi Mas?"

Yuda mengangguk.

Sambil membuatkan kopi Jira bertanya,"Kemana Mbaknya, Mas?"

"Langsung tidur, kecapean sepertinya," jawab Yuda.

"Oalah... Karena perjalanan ya Mas. Kesini naik apa?"

"Kereta."

"Oh pantes..."

Yuda mengerutkan dahinya dengan jawaban Jira.

"Oh ya, sekarang tambah progres nih," Yuda menunjuk lantai atas.

"Ya dong Mas, jadi enam kamar sekarang," Ucap Jira penuh semangat.

Yuda mengangguk kagum.

"Oh ya Mas, kenapa anaknya nggak dibawa?" Tanya Jira sambil menaruh kopi di atas meja.

Lihat selengkapnya