CITY PURPLE

Yuda Juanda
Chapter #5

Bandung Biru


Bandung 2022.

Hari minggu, hari libur kerja. Kala itu cuaca sedikit mendung. Mia sedang memasukan pakaian ke dalam mesin cuci yang terletak di sebelah toilet. Sedangkan Abi dan Yuda berada di halaman belakang rumah, sedang bermain tanah, mereka membentuk sebuah gunung menggunakan tanah yang sudah dicampur air, Abi menancapkan mainannya di atas tanah. Kemudian Abi kebingungan, dia kehilangan sesuatu. "Yah, Saurus mana?" Tanya Abi. Yuda mencarinya di sekitaran gundukan tanah. "Nggak ada Abi. Belum Abi bawa kali dari kamar," ucap Yuda. Abi hanya mengangguk.

Yuda pergi ke kamar, di sana mencari Saurus di tempat mainan Abi. Yuda mengeluarkan semua mainan Abi, Saurus tidak ditemukan. Yuda mulai menjarah ke kolong kasur, nihil, akhirnya Saurus ditemukan di kolong meja belajar. Saurus sedikit jauh dari permukaan, Yuda mencoba meraihnya. Sampai kepalanya sedikit masuk ke kolong. Saurus didapatkan tiba-tiba suara notif ponselnya Mia berdering yang berada di atas meja belajar. Notif WA yang berbunyi berkali-kali, membuat Yuda penasaran. Yuda melirik kanan kiri melihat situasi, kemudian membuka aplikasi WA Mia.

Pesan via whats up. Seorang laki-laki dengan nama Hilmy menguhubungi HP Mia dengan notifikasi tanda pesan belum dibaca. Yuda membuka pesan dari Hilmy.

"Mi, Sorry ya kejadian sepulang makan ayam geprek benar-benar diluar dugaan."

"Aku tahu pasti kamu marah sama aku, tapi aku benar-benar nggak ada niat untuk ngerusak rumah tangga kamu, sekali lagi maafin aku. aku benar-benar kepikiran."

Yuda mengerutkan dahinya dia kurang mengerti maksud dari pesan itu. Yuda berfikir sejenak kemudian Membalasnya dengan berpura-pura sebagai Mia.

"Kok bisa kepikiran gitu, santai saja.. atas dasar apa kamu merusak rumah tangga aku?"

Yuda menunggu balasan dengan perasaan kesal campur tegang. Dia terus melihat situasi sekitar. Tidak lama kemudian Hilmy membalasnya.

"Jadi kamu nggak marah sama aku?"

"Ngapain aku marah, emang kita berbuat apa sih? kamu terkadang terlalu overthinking. Coba apa yang membuat kamu mengira kalau aku marah sama kamu." Balas Yuda.

"Soal ciuman itu, aku mikirnya kamu bakal marah sama aku. Syukur deh kalau kamu nggak marah mah. Kita lupain aja ya kejadian itu. Aku sayang kamu Mia." Balas Hilmy.

Yuda shock, matanya membelalak membaca pesan terakhir dari Hilmy. Tensi tinggi, Yuda mengatur nafasnya, menahan amarah. Yuda terbakar cemburu. Tangannya menggenggam erat ponsel Mia. Seperti ingin melemparnya, tapi dia tahan dengan kembali mengatur nafasnya. Yuda berfikir sejenak, sebelum pergi Yuda membalas pesan dari Hilmy.

"Mi, kamu dimana? aku pengen ketemu, sharelok dong."

"Aku lagi nganter kakak aku beli tv lcd, entar atuh ya kalau udah beres. kita janjian ketemu dimana gitu " Balas Hilmy.

"Nggak usah, sekarang aja sharelok. Aku pingin ketemu ada hal penting yang mau aku sampaikan." Balas Yuda.

" Oh gitu, oke atuh. aku kirim lokasi ya." Balas Hilmy

Yuda mendapatkan lokasi Hilmy, dan bergegas pergi dengan membawa ponselnya Mia. Sementara itu Abi menunggu Ayah dengan menahan dagunya oleh tangan. Abi terlihat bete. Sedangkan Mia baru beres mencuci, dia memindahkan pakaian yang sudah dicuci ke dalam ember di sebelahnya. Mia sedikit mengusap keringatnya dengan tangan lalu memanggil Yuda. "A, aku udah beres, tolong dong bawain ini ke depan."

Tapi tidak ada jawaban dari Yuda. "Kemana sih ah! A! tolong dong!" Mia teriak. Tetap tidak ada suara dari Yuda. Mia menghela nafas karena capek, dia kesal lalu menendang ember. "Ahhh."

*

Yuda sampai di pusat perbelanjaan elektronik sesuai dengan lokasi yang Hilmy kirim, Yuda dengan memasang wajah sangar, berjalan cepat mencari keberadaan Hilmy. Dia mencari ke tempat laptop, Handphone, akhirnya Yuda menemukan Hilmy di tempat TV. Hilmy bersama seorang laki-laki yang lebih tua darinya dia adalah Kakaknya Hilmy, sedang mengecek TV. Yuda yang sudah yakin kalau itu Hilmy segera menghampirinya dan... Buukkkkkk!!! Kepalan tangan Yuda mendarat di wajah Hilmy, suaranya pun sangat keras. Hilmy seketika tergeletak, Yuda terus menghujani pukulan bertubi-tubi. Hilmy yang terkena pukulan duluan, tidak bisa melawan.

"Woi!!!" kakak meneriaki Yuda, dia meraih Yuda dengan menarik bajunya untuk memisahkannya dari Hilmy, namun Yuda sigap, seketika memukul keras Kakaknya Hilmy sampai terjatuh, Yuda kembali ke Hilmy. Hilmy yang sedang mencoba berdiri, kembali dihantam lebih keras sama Yuda. Dari hidungnya pun darah mengalir. Tidak ada bantuan apapun karena terlihat toko sedang sepi. Para pegawai pun telat menyadari.

Hilmy memohon ampunan. "A, Aku bisa jelasin!"

"Jelasin naon Anjing!" Yuda tidak mau penjelasan dari Hilmy, dia kembali memukul Hilmy kini tepat di bagian rahang, darah muncrat kemana-kemana. Di belakang mereka Kakak bangkit, dan segera menendang kepala Yuda yang posisi setengah jongkok. Yuda kali ini tidak sigap, lalu tersungkur ke lantai. Kakak penuh emosi menendang seluruh badan Yuda, dan Yuda hanya melindungi kepalanya dengan kedua tangannya. Kemudian satpam datang untuk mengamankan mereka.

*

Sementara itu Mia baru selesai menjemur pakaian di halaman belakang, itu berada di sekitar Abi main. Mia dengan menenteng ember, menanyakan keberadaan Ayahnya. "Abi, Ayah ke mana?" Tanya Mia.

"Nggak tahu, tadi pergi nyari Saurus, tapi Ayah lama banget Ah..." Jawab Abi kesal.

Mia menggelengkan kepalanya sedikit menggerutu. "Kemana sih!" Mia begegas menuju dalam rumah. "Abi, tunggu ya biar Bunda yang cari Saurus ya," Abi mengangguk dan melanjutkan main.

Mia mencari Yuda di kamar sesuai apa yang dikatakan Abi kalau Ayahnya mau cari Saurus. Mia melihat Saurus tergeletak di meja belajar. Mia mengambilnya, namun Mia seperti mengingat sesuatu di atas meja. Yah... Handphone. Dia teringat handphonenya. Mia segera mencari handphonenya sampai ke kolong-kolong meja, sampai kasur. Mia pergi lagi ke halaman belakang. "Ini Abi Saurusnya."

Abi senang mainan favoritnya ada. Mia yang masih penasaran kembali menanyakan Yuda ke Abi. "Abi.. beneran nggak tahu Ayah kemana?"

"Nggak Bunda. Abi dari tadi di sini," jawab Abi. "Abi lihat HP Bunda nggak?" Tanya Mia

Abi hanya menggelengkan kepalanya. Mia heran campur panik.

*

Yuda menelusuri trotoar dengan kakinya yang pincang sebelah kanan. Wajahnya pun penuh memar serta luka. Dia berjalan untuk kembali ke rumah dengan menahan rasa sakitnya.

*

Sementara itu Mia duduk di kursi beranda rumahnya. Dari ke jauhan dia melihat suaminya itu datang. Mia segera menghampirinya. Mia kaget melihat wajah suaminya itu penuh luka dan memar. "Astagfirllah, kamu kenapa, A?" Mia meraih, Yuda roboh. Mia cemas kembali bertanya "Kamu kenapa, A?" Yuda yang setengah jongkok mengeluarkan ponselnya Mia. Mia heran ponsel ada di Yuda. Kemudian Yuda membeludak.

"Anjing!"

Mia sangat kaget, Yuda mulai menginterogasi Mia dengan suara keras. "Sia ciuman jeung Si Hilmy, hah?!" Yuda marah. Mata Mia membelalak, sigap mengambil ponselnya.

"Maksud sia naon, hah?!" Suara Yuda semakin keras. Mia panik tidak bisa berkata apa-apa dan sedikit menjauh dari Yuda. "Jawab!" Yuda meneriaki Mia. Mia hanya memegang dadanya untuk menenangkan dirinya. Mia ketakutan suaminya marah besar, perlahan mundur dan terus menjauhi Yuda. "Jawab!!" Yuda kembali bertanya dengan suara yang lebih keras. Mia melihat Abi sedang menyaksikan mereka di depan pintu rumah, segera berlari menuju rumah dan membawa Abi masuk. "Jangan pergi anjing!!" Teriak Yuda. Yuda yang pincang berusaha bangkit untuk mengejar Mia. Namun tidak bisa karena kakinya yang sakit membuatnya kembali terjatuh. Yuda tergeletak pasrah, menahan rasa sakit. Yuda pun klimaks dia menangis sekencang-kencangnya. Mia mengunci rumah dari dalam lalu masuk kamar. Mia duduk di kasur sambil memeluk Abi. Terlihat Mia ketakutan badannya sedikit bergetar, Abi mencerna Ibunya itu.

"Laki-laki memang tidak bisa dipercaya, dia dulu bilang dia nggak akan seperti Bapak, tai! Nyatanya sekarang nggak bedanya sama Bapak, menjadi sosok monster yang menakutkan," Mia berbicara dalam hati.

*

Bandung 2019. Di rumah Mamah

Yuda duduk bersebelahan dengan Ibu di beranda rumahnya, dengan halaman yang cukup luas, terlihat mereka berdua ngobrol sambil menyantap pisang goreng yang masih panas di temani dua gelas kopi.

“Mah?” Tanya Yuda ragu.

“Iya, A?” Jawab Mamah.

“ Euh..." Yuda berpikir dengan keras, menata kata-kata yang pas, namun... "Aa mau nikah, Mah,” ucap Yuda lepas.

“Hah, kenapa tiba-tiba?” Mamah bingung.

“Nggak tiba-tiba Mah, Aa kan sekarang udah 27 tahun udah pas lah untuk nikah“ Ucap Yuda.

“Sama si Mia kan?” Tanya Mamah.

“Iya atuh Mah, sama siapa lagi? Hehe,” jawab Yuda dengan sedikit tertawa.

“Iya sok aja A, orang tua mah pasti menyetujui, mendoakan, tapi Mamah nggak bisa kasih Aa apa-apa,” jelas Mamah.

“Iya Mah. Nggak apa-apa. Mamah restuin Aa juga, Aa mah udah seneng,” ungkap Yuda.

 "Ya, nge-restuin mah emang tugas orangtua atuh A. Ya, paling nanti Mamah minta adik-adik Mamah buat anter Aa ya. Tanggal berapa A rencananya?” Ucap Mamah. 

"Belum ada tanggal sih Mah. Tapi yang jelas mau secepatnya."

 "Ya udah A. Pokoknya lancar, ya..." Doa Mamah.

“Amin, hatur nuhunnya Mah.” Yuda mencium tangan Mamah. Mamah mengusap kepala Yuda.

"Tapi Aa udah yakin ini teh? Sama pilihan Aa."

"Yakin Mah," Yuda ragu.

"Nikah teh da bukan soal dua orang yang saling cinta lalu bersatu dalam rumah tangga, tapi ada yang lebih dari itu, yaitu komitmen, A. Bagaimana keduanya bisa berkomitmen seumur hidup mereka," Mamah menasehati Yuda.

"Iya Mah. Insya Allah," Yuda tersenyum. Dibalas Mamah.

*

Malam hari. Pukul 23.30 wib.

Mamah tertidur pulas di ruang tamu, Mamah tidur di lantai yang hanya beralaskan tikar. Tangannya masih memegang remote TV yang masih menyala. Yuda yang habis shalat isya melihat Mamah segera mengambil pelan remote di tangannya. Yuda mematikan TV. Yuda ragu untuk membangunkan Mamah, dia menatap wajah Mamah, hatinya terenyut kemudian mengingat sesuatu.

Kilas Balik.

*

Cimahi 2003.

Yuda masih 14 tahun. Mamahnya, Elis, berdiri dengan menenteng tas besar di sampingnya terdapat satu buah koper berukuran besar. Mamah menahan tangis. Mamah berpamitan kepada keluarganya. Berdiri di halaman rumah Nenek dan Kakeknya Yuda. Kala itu, Yuda masih duduk di bangku Smp.

Fandy kakak pertama Yuda yang beda tiga tahun di atas Yuda, Irvan yang setahun di atas Yuda adalah kakak ke-2, dan Sandra adik Yuda, satu-satunya saudari perempuan yang dua tahun di bawah Yuda. Melepas kepergian Mamah. Haru biru tampak menyelimuti pada malam itu. Mamah terlihat berat hati untuk pergi. Kemudian muncul mobil dan berhenti di dekat Mamah. Seorang supir turun untuk mengambilkan koper Mamah. Mamah melambaikan tangan dengan terus menangis. Lalu Mamah masuk kedalam mobil.

Mobil pergi. Isak tangis menyelimuti orangtua serta anak-anak Mamah.

*

Di ruang tengah yang tidak cukup luas, anak-anak Mamah tidur dengan hanya beralaskan tikar yang sedikit tebal. Fandy dan Irvan sebelahan di dekat TV yang masih menyala. Sedangkan Yuda di sebelah Sandra. Dari semuanya hanya Yuda yang masih belum memejamkan matanya. Dia terus menatap ke langit-langit. Yuda bangkit lalu mengambil remote yang ada di tangan Irvan, lalu mematikan TV. Yuda kembali rebahan dan menatap langit-langit, lalu mengingat sesuatu.

*

Sebelumnya...

Mamah dengan amarahnya melempar barang-barang ke luar rumah. Ternyata itu barang-barang milik Ayah, Suaminya. Mamah begitu marah besar, Ayah coba menenangkannya dengan cara meraih Mamah. Namun Mamah menolak dengan mendorong Ayah hingga sedikit terpental ke luar. Mamah dengan emosinya menutup pintu. Ayah menahan tangisnya dan memohon di balik pintu. "Bu, maafin Bapak ya, itu tidak seperti yang Ibu lihat."

Tidak ada jawaban dari Mamah. Ayah pun segera mengemasi barang-barangnya yang berserakan di bawah. Sementara itu Mamah menangis di kamarnya sambil memeluk bingkai foto anak-anaknya. Dari arah pintu kamar terlihat ada Yuda memperhatikan Mamah dengan wajah cemas.

*

Bandung 2019.

Suara Adzan subuh berkumandang. Mamah masuk ke kamar Yuda. Terlihat Yuda masih tertidur, Mamah menepuk untuk membangunkan Yuda. "A, subuh, shalat dulu." Lalu Mamah membuka gorden.

Yuda hanya menggeram, tidak membuka matanya. Mamah kembali membangunkan Yuda. "Cepetan A, shalat dulu, keburu siang!" Mamah meninggalkan kamar sambil masih memburu-buru Yuda, "cepat ya, A!"

Yuda perlahan bangkit, tapi matanya sulit untuk dibuka. Kemudian Yuda kembali tidur.

Jarum jam dinding menunjukkan pukul 08.00. Yuda akhirnya bosen tidur dan melihat langit-langitnya. Yuda duduk di kasur, bengong.

*

09.00.

Mamah duduk di kursi beranda rumahnya, sambil menikmati sarapan beserta kopi. Yuda datang dari dalam rumah dengan keadaan wajah masih kusam. Yuda duduk di kursi sebelah Mamah. "Gorengan A, mau kopi? Mamah buatin ya," Mamah menawarkan. Yuda menganggukan kepalanya. Mamah masuk ke dalam, Yuda mengambil gorengan, kemudian mengirim pesan ke Mia lewat ponselnya.

"Yang, aku udah bicara sama Mamah. Mamah sudah setuju, alhmdulilah," pesan dikirim.

Mamah datang membawakan kopi. "Nih A kopinya," Mamah kembali duduk. "Aa nggak shalat ya?" Yuda hanya menunduk tidak menjawab pertanyaan Mamah.

"Shalat atuh A, masa Mamah mesti nyuruh mulu. Aa sekarang kan sudah dewasa, sudah mau menikah. Nanti punya istri Aa mesti tanggung jawab semuanya, bukan diri Aa saja, tapi istri dan anak, tanggung jawab dunia sama akhiratnya, Aa kudu tuntun istri Aa nanti ke jalan Allah, berat loh itu A," jelas Mamah. Yuda mengangguk pelan. " Hanya dengan shalat dan berdoa kita bisa hidup tenang A," lanjut Mamah. Yuda terus mendengarkan pepatah dari Mamah seperti mencerna.

Yuda menatap Mamah "Mah, boleh Aa nanya sesuatu?"

"Boleh Atuh, A."

Lihat selengkapnya