“Skuy lah gengs, ketempat kemaren.”
Gadis manis itu jalan duluan setelah merapikan peralatan kampusnya kedalam tas. Terlalu bersemangat dianya. Lenggak-lenggok di sepanjang koridor sambil bersenandung. Mengabaikan puluhan pasang mata yang menatapnya heran. Bagaimana tidak, sejak sejam yang lalu perutnya keroncongan, tapi dosennya malah makin asyik memberi kuliah. Padahal ini baru minggu pertama perkuliahan. Bikin geram saja. Kalau ga dosa, pasti udah ditimpukin dosennya.
Untuk gadis ini, ga ada yang paling nikmat selain jam istirahat, musik, dan juga pantai. 3 hal yang cukup untuk melambangkan bagaimana dirinya. Santai. Satu lagi, Dee itu juga ga tau malu. Ga sesuai banget sama nama dan rupanya. Claudya Maishilla, panggil Dee aja. Kulit kuning langsat, mulus, tingginya 173 cm, rambut hitam lebat dan mata coklat yang indah. Plus suara yang adem pake banget kalo nyanyi. Tapi suka longor kalo dikelas. Sayang aja gitu, dikasih nama bagus, diciptain dalam sosok yang hampir sempurna tapi otaknya kurang dikit. Rada geser gitu. Sampai kresek terbang aja dia ketawain. Dasar, Dee gila.
Saking semangatnya, Dee sampai duluan. Ga sadar 3 temannya tercecer entah dimana. Tempatnya ga jauh dari kampus juga sih. Jadinya cepat sampai. Jalan kaki aja juga bisa. Gapapa panas-panasan, yang penting bisa makan. Prinsip Dee ya gitu. Yang simpel-simpel aja. Tapi gila juga kadang.
“ Bang, Dee pesen yang kayak kemaren aja. Mie ayamnya seporsi trus es teh manisnya satu. Banyakin es nya. Tiga curut mau pesen ap...”
Dee noleh ke belakang. 3 sosok pengikutnya sedari SMA hilang tak kasat mata. Dee melongo. Celingukan kayak orang bego nyariin sahabatnya. Dee cariin ke gerai sebelah sampai ke mini market di seberang jalan. Dee liat ke bawah telapak sepatu juga, mana tau ke injek gitu. Ga ada juga. Sampai si abang yang jualan ikutan bingung.
“ Nyari apa dek? Sibuk bener nampaknya?”
“ Ah, anu bang. Itu...”
Dee bingung sampai kehilangan kata.