Alarm handphone berdering tepat di telinga, membuatku terbangun dari alam mimpi yang panjang. Melihat ke arah ibu, masih menikmati tidur pulasnya. Lebih baik tidak usah dibangunkan, aku akan mengerjakan sendiri memasak tahu petisnya.
Bergegas ke kamar mandi, membasuh muka agar segar kembali, melegakan isi perut yang sudah tak tertahan.
Setelah semua bersih, aku mengambil Tahu yang telah direndam air semalaman, mengukusnya dalam panci besar yang sebelumnya dikasih air bercampur garam. Sembari menunggu, kubuat bumbu untuk menggoreng nanti. Karena belum begitu padat, lebih baik membersihkan rumah dulu.
Tiga puluh menit sudah, Tahu kuangkat, lantas direndam dengan bumbu yang telah disiapkan. Ini membutuhkan lima belas menit, lumayan jika diselingi dengan mencuci baju, agar bumbu lebih meresap sempurna, waktu tak terbuang sia-sia.
Setelah selesai menjemur, kembali lagi ke dapur. Menyiapkan wajan dan memanaskan minyak untuk mulai menggoreng. Di sela-sela kegiatan goreng Tahu, aku pun menanak nasi. Ada rasa tenang, kalau hari ini ibu tidak akan menahan lapar. Biarlah beliau istirahat nanti, aku yang akan berkeliling menjual Tahu Petis.
"Elria." Keberadaan ibu yang tiba-tiba di samping, membuatku terperanjat.
"Kenapa tidak bangunin Ibu? Padahal, azan sudah mulai ikamah," sungutnya sembari mengambil alih kegiatan menggoreng.
"Maaf, Bu. Soalnya, Ibu tidur begitu nyenyak, jarang kan tidur seenak itu. Jadi, biar El aja yang mengerjakan semua," jelasku.
"Udah. Sekarang, Kamu mandi, terus sholat. Urusan ini, biar Ibu yang kerjakan. Nanti, nyusul sholatnya," titahnya yang segera aku laksanakan.
Guyuran saat fajar begitu menyegarkan, mampu mengalihkan segala beban. Pantas, ibu sering mandi sebelum salat Subuh.
***
"El, sarapan, yuk! Ini, ibu buatkan telur mata sapi," terangnya sembari mengambilkan nasi.
Aku hanya mengulum senyum, lantas menikmati suap demi suap. "Telurnya sedikit asin, Bu, tapi El suka."
"Anak Ibu udah kepengen nikah, ya? Ko, suka yang asin-asin?" tanyanya sedikit terkekeh.
"Ah, Ibu. Elria belum punya calon, ko," jawabku sedikit ragu.
"Iya, Sayang. Sekarang lebih fokus kuliah dulu, ya."