Closer, Later

windra yuniarsih
Chapter #1

Panggung Pencapaian

Leta berjalan menuju podium saat namanya dipanggil. Pakaian formal membuatnya tampil lebih anggun dan feminim. Beberapa orang mungkin tidak akan mengenalinya karena gayanya berbeda 180 derajat dibanding style biasanya. Jepit rambut berbentuk bunga krisan menghiasi sisi kanan rambutnya yang diurai panjang.

Bunga krisan warna biru langit dipilih khusus oleh sahabatnya, Lova. Skirt, blouse, dan juga sepatu yang dipakai Leta semuanya juga atas saran dari sahabat baiknya. Leta menganggap dirinya seperti boneka yang dihias. Dia pasrah saja. Leta paling tahu apa pun yang sudah ada di pikiran Lova tidak bisa diganggu gugat.

Bukan kali pertama Leta dijadikan objek untuk memakai rancangan pakaian Lova. Tidak sedikit yang gagal dan menjadi bahan tertawaan teman-teman di kampusnya. Namun, ucapan Lova selalu bisa membuat Leta percaya diri. Seperti saat teman-temannya bilang pakaian Leta terlalu norak. Lova menghibur dengan bilang teman-temannya saja yang tidak tahu fashion yang sedang tren saat ini. Leta pun percaya saja apa yang diucapkan Lova. Kepercayaan diri Leta membuat pakaian itu benar-benar menjadi tren di kampusnya. 

Saat ini, Lova tidak main-main dengan pakaian Leta. Tentu saja karena Leta meraih penghargaan sebagai mahasiswa berprestasi tingkat fakultas. Lova tidak berani bermain-main dengan hari spesial Leta. Meskipun yang dipakai Leta hanya skirt dan blouse biasa dengan ornamen bunga-bunga kecil yang tidak terlalu mencolok, tetapi dengan penghargaan yang didapatkannya sebagai mahasiswa berprestasi membuat Leta tetap bersinar di atas panggung.

Semua audiens bertepuk tangan meriah setelah Leta selesai berpidato. Sepertinya Lova yang paling bersemangat sampai-sampai berdiri dari duduknya seperti menonton konser penyayi idola.

Seusai acara penghargaan mahasiswa berprestasi, Leta dan Lova berjalan keluar gedung diiringi keriuhan mahasiswa lain. Leta menyarankan keluar melalui pintu samping karena pintu utama sangat padat oleh mahasiswa.

“Apa kamu sangat mengidolakanku?” tanya Leta sambil memberikan buket bunga kepada Lova. Buket bunga yang sebelumnya diterimanya dari dekan fakultas.

“Untukku? Cantik bunganya,” komentar Lova. 

Leta tersenyum dan mengisyaratkan dengan matanya kalau bunga itu benar untuk Lova.

“Jadi, kamu nge-fans sama aku, Lov?” tanya Leta.

Lova seperti mau tertawa, tetapi di tahannya. Kemudian, Lova mengamati Leta dengan saksama.

“Lihatlah dirimu,” ucap Lova sambil menatap Leta dari ujung kepala sampai ujung kaki, “Itu karena kamu adalah model yang harus aku jaga dengan baik. Bila nanti kamu jadi model dan artis profesional. Aku bisa menjadi penata busana yang akan merancang semua baju-baju yang kamu pakai,” jelas Lova.

Leta menghentikan langkahnya, “Model? Siapa bilang aku mau menjadi model. Hallo…, Lova kamu tahu kan jurusan kuliahku apa? Jadi model? Ngaco kamu.”

“Kamu akan mengecewakanku kalau menolak,” ucap Lova memelas.

“Sudah cukup ya hampir tiga tahun aku menjadi manekin buat rancangan baju-baju kamu. Saatnya memulai memikirkan tugas akhir biar bisa lulus cepat dan aku bisa melanjutkan studi ke Jepang,” ucap Leta.

“Tugas akhirku masih butuh kamu, Ta. Tidak ada orang yang pas kecuali dirimu untuk menjadi pemakai pertama baju-baju yang aku buat. Kita harus lulus bareng. Kamu nggak boleh ninggalin aku. Lagipula Kita kan baru tingkat 2. Ngapain buru-buru.” Lova membuat suaranya terdengar sedih.

“Iya-iya kita lulus bareng. Thank you ya bajunya bagus banget,” ucap Leta.

“Saat difoto juga bagus. Lihat,” seru Lova sambil menunjukkan hasil jepretan gambarnya.

Lihat selengkapnya