Andra masih duduk termenung di sana. Setelah Irene mengatakannya, gadis itu lantas pergi tanpa sekali pun menoleh kembali.
“Nggak minta buat diselamatkan?” Andra mengulang pernyataan Irene yang sejak tadi mengganggunya.
Demi apa pun! Memangnya Andra harus diam saja saat melihat seseorang akan celaka? Dan bukannya berterima kasih, gadis itu malah mengatakan, jika ia tidak pernah minta untuk Andra selamatkan!
Bayu menepuk pundak Andra, seakan berniat untuk menghiburnya.
“Lo denger omongan gue sama dia?” tanya Andra.
“Iya. Mereka juga.” Bayu menunjuk beberapa orang yang diam-diam masih memperhatikan mereka. “Ngapain sih, harus nyamperin cewek itu segala?”
Andra berdecak. “Gue mau nuntut ucapan terima kasih yang seharusnya gue terima!”
“Nggak usah berharap ketinggian.” Bayu mengibaskan tangannya lalu menambahkan, “Lo nggak akan dapet apa yang lo mau.”
Andra mendesah panjang lalu menoleh pada Bayu. “Dia siapa, sih? Gue kok baru liat, anak baru?”
“Lo ke mana aja emang? Dia kan yang tahun lalu jadi juara umum di sekolah kita! Sempet pidato juga pas upacara.”
“Lah, bukannya si Deni yang jadi juara umum?”
“Si Deni yang semester kemarin juara umum, kalau tahun lalu si Irene," jelas Bayu.
“Gue nggak pernah denger.”
“Manusia yang rangkingnya di jejeran paling buntut satu kelas macem lo, mana tahu yang beginian.”
“Sialan!” Andra menendang kaki Bayu karena kesal.
“Ah, kampret dah, sampah!" umpat Bayu sambil mengusap kakinya. "Lo mau ikut-ikutan si Rama? Dulu kan dia juga mau deketin Irene, tapi malah nyerah.”
“Si Rama? Maksud lo si Rama yang?”
“Si Rama yang mana la...”
Belum sempat Bayu menyelesaikan ucapannya, Andra sudah terlebih dahulu bangkit, dan berjalan menghampiri Rama.
“Ram! lo pernah mau ngegebet cewek itu?” sambar Andra, setelah duduk di hadapan Rama.
“Cewek siapa? Yang jelas dong, lo. Mantan gebetan gue kan, nggak cuma satu,” gerutunya.
Andra berdecak. “Si Irene!”
Rama hampir saja tersedak saat mendengar perkataan Andra. Ia berdeham perlahan sebelum menjawab. “Ada apa lagi?”
“Bayu bilang, lo pernah mau ngegebet si Irene.”
Rama mendesah. “Alah, nggak usah diomongin. Males banget gue," tuturnya.
“Kenapa? Lo ditolak?”
Rama mengumpat kasar. “Lo ngeraguin kemampuan gue?”
Andra balas tersenyum meremehkan. Temannya yang satu ini memang tidak bisa dibilang jelek, tapi bukan berarti luar biasa menawan sehingga semua perempuan takluk dibuatnya.