Clover :Diantara Ruang Dan Waktu

MOHAMMAD ANDI WILIANO
Chapter #2

Jatuh kedalam Kegelapan #2

Clover: Di Antara Ruang dan Waktu


Suara itu menggema di dalam kepala Clover, seperti bisikan yang datang dari segala arah. Kata-katanya berputar-putar, menyatu dengan kepanikan yang mengguncang seluruh tubuhnya.

"Selamat datang di kehampaan. Anda tidak akan pernah kembali."


Clover terdiam sejenak, pandangannya terpaku pada layar utama kapal Aetheris yang kini gelap total. Jantungnya berdetak kencang, nyaris terdengar di tengah kesunyian yang mendominasi. Di belakangnya, suara-suara cemas dari kru mulai memenuhi ruang komando. Alarm darurat yang seharusnya berbunyi kini terhenti, membuat suasana semakin mencekam.


Namun, Clover tetap berusaha tenang. Sebagai kapten, ia tahu bahwa ketakutannya hanya akan memperburuk situasi.


"Aetheris! Laporkan status!" serunya dengan nada tegas, mencoba memecah kebekuan.


Tak ada jawaban. Sistem komputer kapal, yang biasa merespons dalam sekejap, kini membisu.


"Semua sistem mati, Kapten!" seorang teknisi di belakangnya berteriak, suaranya dipenuhi rasa putus asa.


Clover mengepalkan tangannya. Ia hendak memberikan instruksi ketika sebuah getaran hebat mengguncang kapal. Tubuhnya terlempar ke belakang, kursinya hampir terbalik. Dia meraih konsol terdekat untuk menjaga keseimbangan. Di luar kokpit, pemandangan yang semula hanya pusaran energi kini berubah menjadi sesuatu yang jauh lebih menakutkan. Void Nexus, yang mereka anggap hanya fenomena ruang-waktu, perlahan berubah menjadi lubang hitam besar yang melahap apa pun di sekitarnya.


"Reed, kita harus keluar dari sini sekarang juga!" Clover berteriak. Matanya mencari Reed, petugas senior yang berdiri di dekat konsol utama. Namun, ekspresi Reed menghentikan napas Clover.


Senyuman kecil yang dingin, penuh kepuasan, muncul di wajah pria itu.


"Reed? Apa yang kau lakukan?" Clover bertanya tajam, perasaan curiga mulai menguasainya.


Reed mengangkat bahu, senyum itu tak pudar. "Aku hanya memastikan misi ini berjalan sesuai rencana. Sayangnya, rencanaku tidak mencakup keselamatanmu."


Sebelum Clover sempat bereaksi, Reed menarik pistol plasma dari pinggangnya dan mengarahkannya ke Clover.


"Jadi, ini semua... kau?" Clover bertanya dengan nada tak percaya. Tubuhnya terasa kaku, pikirannya kacau balau.


"Aku tidak punya pilihan," jawab Reed, suaranya dingin seperti es. "Federasi membutuhkan Void Nexus lebih dari mereka membutuhkanmu. Temuan ini akan mengubah segalanya, dan aku harus memastikan itu menjadi milik mereka... tanpa gangguan darimu."


"Federasi?" Clover menyipitkan matanya, amarah menyala di dalam dirinya. "Kau menjual kita semua untuk mereka? Untuk apa, Reed? Kekuasaan? Uang?"


Reed mengabaikan pertanyaan itu. Sebaliknya, dia menekan tombol di pergelangan tangannya. Sebuah medan energi muncul di sekelilingnya, mengisolasi dia dari kru lainnya. Dalam sekejap, tubuh Reed menghilang, meninggalkan Clover dan seluruh timnya di ambang kehancuran.


Kapal mulai terhisap ke dalam Void Nexus. Clover melihat kru berlarian, panik, mencoba memulihkan kendali kapal.


"Semua orang, ke pod evakuasi!" teriak Clover, meski ia tahu harapan untuk bertahan hidup sangat tipis.


Namun, sebelum mereka sempat bergerak, sebuah ledakan besar mengguncang Aetheris. Cahaya biru menyilaukan memenuhi seluruh kokpit. Clover merasakan tubuhnya tertarik oleh kekuatan tak kasat mata. Waktu seakan berhenti, atau mungkin melambat.


Ketika membuka matanya, Clover mendapati dirinya berada di tengah kehampaan. Tidak ada kru. Tidak ada kapal. Hanya kegelapan yang tampak hidup, berdenyut seperti memiliki nyawa sendiri. Tubuhnya melayang di ruang kosong yang tak berujung.


"Kau telah masuk ke dalamku," suara itu terdengar lagi, lebih dalam, lebih jelas, seolah berbicara langsung ke jiwanya.


Clover mencoba bergerak, namun tubuhnya tak merespons. Anehnya, ia tidak merasa takut. Ia hanya merasa kosong, seolah semua emosi telah direnggut darinya.


"Aku adalah Void Nexus. Kau adalah tamuku."


"Tamu? Apa yang kau inginkan dariku?" Clover bertanya, suaranya terdengar lemah.


"Tidak ada yang datang ke sini tanpa alasan. Kau akan memahami takdirmu segera. Tapi pertama-tama... aku akan menunjukkan sesuatu."


Lihat selengkapnya