Clover :Diantara Ruang Dan Waktu

MOHAMMAD ANDI WILIANO
Chapter #3

Jejak sang penyintas#3

Clover: Di Antara Ruang dan Waktu


Aetheris meluncur di antara bintang-bintang yang sunyi. Sistem navigasi kapal berhasil dipulihkan sebagian, meskipun banyak fungsi penting masih rusak. Clover duduk di kursi kapten, matanya terpaku pada layar holografik yang memetakan jalur pelarian. Ia telah menetapkan arah menuju nebula terdekat, berharap medan elektromagnetik nebula itu dapat menyembunyikan jejaknya dari armada Federasi.


Namun, di balik ketenangan luar angkasa, pikirannya terus berkecamuk. Kata-kata Reed masih terngiang di telinganya. "Void Nexus telah menandaimu." Apa artinya? Apa yang sebenarnya terjadi padanya ketika ia berada di tengah kehampaan itu?


Tiba-tiba, suara alarm berbunyi, memecah lamunannya. Sistem deteksi kapal menangkap sesuatu—bukan kapal Federasi, melainkan objek yang tampak seperti reruntuhan besar. Clover langsung memperbesar tampilan di layar.


Di depannya, puing-puing raksasa melayang di antara asteroid. Struktur logamnya tampak kuno, dengan lambang yang sudah hampir pudar.


“Ini… stasiun luar angkasa?” Clover bertanya pada dirinya sendiri, lalu memindai lebih dekat.


Sistem Aetheris akhirnya memberi laporan:

"Objek teridentifikasi. Stasiun Relik Zeta-12. Diperkirakan berusia lebih dari 500 tahun. Status: Tidak berpenghuni."


Stasiun itu adalah salah satu peninggalan zaman kolonisasi awal, ketika manusia pertama kali menjelajahi galaksi. Clover mendadak merasa tertarik. Mungkin, ada sesuatu di sana yang bisa membantunya memperbaiki kapal, atau setidaknya mendapatkan petunjuk lebih banyak tentang Void Nexus.


Tanpa ragu, ia mengarahkan Aetheris menuju stasiun itu.



---


Saat Clover mendekat, pemandangan stasiun Relik Zeta-12 semakin jelas. Struktur itu terlihat rusak parah. Ada bekas-bekas ledakan di dinding luarnya, menunjukkan bahwa stasiun itu pernah diserang di masa lalu. Namun, beberapa lampu redup di sepanjang lorong utama masih menyala, menandakan ada daya yang tersisa.


Dia mengenakan pakaian antariksa dan membawa senjata plasma untuk berjaga-jaga. Setelah memastikan tekanan udara di stasiun cukup stabil, Clover membuka pintu udara Aetheris dan melangkah masuk.


Di dalam, suasananya suram. Lorong-lorong sempit penuh dengan debu, dan beberapa bagian dindingnya dipenuhi coretan kuno dalam bahasa yang tidak dikenalnya. Namun, ada sesuatu yang aneh.


Semakin jauh ia melangkah, semakin ia merasa seolah sedang diawasi.


"Ini hanya paranoia," gumam Clover pada dirinya sendiri. Tapi ia tetap mengencangkan genggaman pada senjatanya.


Dia sampai di sebuah ruangan besar yang tampaknya pernah menjadi pusat kendali stasiun. Panel-panel kontrol di sepanjang dindingnya sebagian besar rusak, tetapi salah satu di antaranya masih menyala lemah. Clover mendekat dan mulai mengetik pada konsol yang berfungsi.

Lihat selengkapnya