Co as Battlefield

Arie Abimayu
Chapter #3

Anak Pembunuh

Sejak kematian ayah, ibu menjadi sangat posesif, bahkan aku harus ditemani saat ingin pergi keluar rumah. Senyuman manis yang biasa mekar diwajah ibu sekarang telah datar seakan-akan terkubur bersama ayah. Sakarang ibu selalu mulai lupa untuk merawat bunga-bunga dikebunnya dan lebih banyak berdiam diri termenung dikamar, ibu juga selalu marah terhadap hal-hal yang sepele, misalnya saat aku lupa mematikan lampu sesudah memakai toilet atau ketika ibu melihat kamarku berantakan. Sementara itu, aku sudah mulai akrab dan mengenali kebiasaan kucing-kucing peninggalan ayah.

Angel, kucing anggora bewarna belang sangat manja kepada siapapun apalagi saat dia kelaparan, angel bahkan sering tertidur di perutku ketika aku tiduran.

Erik, kucing anggora hitam merupakan preman barbar yang selalu ingin berkelahi dengan kucing yang lain.

Melki, sangat pendiam dan suka menyendiri di kandang.

Sedangkan Mola, Sena dan Kina selalu menghindar jika aku ingin mengelusnya dan hanya akan mendekat jika ingin makan.

***

Sudah 1 bulan berlalu sejak kematian ayah, aku, ibu dan kak Tifa mulai membereskan kamar dan peralatan ayah, ibu sudah mulai kembali tersenyum sekarang, aku sangat senang. Ibu sudah mulai becanda seperti biasa denganku. Pada sore itu, ibu memetik bunga carnation merah dan memberikannya kepadaku

“kasih air dan letakan dikamar Lala ya nak”

“kasih sayang dan kesehatan artinya kan bu?”

“iya, anak ibu tau aja”

Kata ibu sambil tersenyum dan mengelus kepalaku.

Lihat selengkapnya