Rasa sakit ini benar-benar tidak tertahankan, tangisanku pun pecah seketika, dalam kebingungan aku menjerit sekeras-kerasnya, aku sama sekali tidak tau apa yang ibu lakukan dan apa yang telah kulakukan.
“AAaaaaaaaa!!! Maafkan Lala bu, maaf bu!!”
Sambil menangis dan air mata yang membanjiri pipiku aku mengejar ibu ke kamarnya yang terletak didekat tangga sebelah kiri, dengan pintu kaca geser yang memisahkan koridor lantai 2 dengan ruang kamar, akan tetapi pintu kaca itu tertutup rapat.
*Tokk tok tok
Tanpa tau apa yang membuat ibu seperti ini aku berkata
“Lala minta maaf bu, Lala salah Lala minta maaf”
Ucapan maaf terus aku ucapkan dan sudah 5 jam aku memohon didepan kamar, tapi tidak ada jawaban yang kuterima, sekali-sekali aku mendengar suara hempasan barang dari dalam. Nafasku terasa mau habis, perutku tegang karena menangis, sampai akhirnya aku lelah dan ketiduran dibawah meja kayu sebelah pintu kamar ibu.
***
*Dukkkkk
Sebuah tendangan yang mengenai perutku membangunkanku dari tidur
“siapa yang nyuruh tidur disini ha!!”