Cocky Princess

Kirey Nato
Chapter #3

2: Transferal

“Dibuangnya princess mah, beda. Beda kelas, beda kasta, beda derajat, beda martabat, pokoknya beda semua, lah!”~Princess Gwen Athenania Marlyn.

♧♧♧

Dan, di sinilah Kayla dan Gwen sekarang berada. Di depan rumah, tidak, mansion milik mereka yang akan ditempati selama kurang lebih dua tahun ke depan.

Bagus, ayah mereka benar-benar tidak main-main soal fasilitas. Dengan begini, mereka tinggal menunggu dua tahun, dan beres. Mereka bisa pulang dengan tenang ke istana masing-masing.

“Jadi ini rumah kita?” tanya Gwen.

“Yep. Lumayan sih, seenggaknya mereka gak nyuruh kita tidur di gubuk kayak gitu,” tunjuk Kayla pada sebuah rumah yang cukup megah, tapi tak mampu membuat dua gadis itu tertarik.

Gwen terkekeh. Iya, dia setuju. Kalo benar begitu mungkin dia tidak akan bisa tidur selama dua tahun. 

“Jadi, mau masuk sekarang, Tuan Putri?”

Kayla terkekeh. “Mari kita masuk bersama saja, Tuan Putri.”

Mereka tertawa bersama lalu segera masuk. Setelah masuk, mereka langsung berdecak kagum melihat isinya.

“Wih, rumah kita gak kalah sama istana,” ungkap Gwen.

“Iya. Bagus deh, kita jadi bisa tidur dengan tenang dan nyaman.”

Gwen mengernyit. “Tunggu dulu.”

Kayla yang sedang melihat-lihat langsung menolehkan kepalanya.

How about maid?

Kayla terbelalak. “Gue telepon bunda dulu.”

Tanpa menunggu lama, Kayla langsung menelepon bundanya. Jennifer, bundanya, adalah pemimpin urusan rumah tangga kerajaan. Dialah yang mempunyai wewenang untuk memerintahkan para pelayan istana. “Bunda?”

“Halo, gimana perjalanan kalian? Aman? Udah sampe ‘kan?”

“Udah, bun. Sekarang, aku mau nanya hal yang lebih penting dari itu,” aku Kayla.

Jennifer mendengus. “Apa yang lebih penting dari keselamatan kamu?”

“Kok di sini gak ada maid, bun? Bunda kan tau, aku sama Gwen gak bisa masak. Kalo gak ada maid terus kita mau makan apa?” rengek Kayla.

“Ah, masa? Ada kok. Bunda udah nyuruh tiga orang maid buat melayani kalian.”

“Ah, masa? Kok gak kelihatan? Dan lagi, kenapa cuma tiga, bun?”

“Biar rumah kalian gak rame, sayang. Lagian tiga orang itu udah cukup kok, menurut bunda. Kalian gak mau pakai sopir ‘kan? Cukup lah, tiga orang,” terang Jennifer.

Kayla berdesis. “Hm. Terus sekarang mereka pada di mana? Kenapa aku sama Gwen dateng gak disambut?”

“Lah, kalo itu bunda gak tau. Kok kamu nanya ke bunda, sih?”

“Kok bunda balik nanya ke aku? Kan aku yang nanya duluan! Udahlah, aku matiin aja. Gak guna banget nanya ke bunda, buang-buang suara!” jerit Kayla kesal lalu mematikan sambungan teleponnya.

“Gimana? Kok lo marah-marah?” tanya Gwen yang sedari tadi mendengarkan suara Kayla. 

“Kata bunda ada, tiga orang. Cuma bunda gak tau tiga orang itu ke mana,” jelas Kayla.

Gwen berpikir sejenak. “Mungkin mereka di dapur.”

Kayla melangkahkan kakinya, menelusuri mansion itu untuk mencari dapur. Gwen juga. Dia melangkah di samping Kayla.

Ketemu. Kayla langsung membuka pintu besar itu, lalu menemukan tiga orang pelayan sedang menunduk hormat.

“Oh, kalian di sini ternyata?” tanya Kayla menyindir. “Bagus ya, gue yang nyari kalian. Bukannya kalian yang nyari gue.”

“Maaf putri. Kami diperintahkan permaisuri untuk tetap di dapur sampai kalian berdua mendatangi kami,” aku pelayan yang berdiri di tengah.

Kayla dan Gwen mendengus sebal. 

“Kami diperintahkan untuk membawa tuan putri mengelilingi rumah ini. Mari, saya antarkan.”

Kayla dan Gwen mengikuti langkah pelayan tadi dari belakang dan berkeliling untuk melihat-lihat rumah mereka itu. 

Fasilitasnya lengkap. Ada dua kamar tidur besar yang dilengkapi toilet dan walk in closet di dalamnya milik Kayla dan Gwen, satu kamar tidur yang dilengkapi toilet sebagai kamar tamu di tingkat dua, dua kamar tidur biasa untuk para pelayan, kolam renang dalam, garasi, dapur, ruang mencuci, serta gudang di tingkat dasar. Di tingkat tiga ada sebuah rooftop yang sangat cocok dijadikan tempat bersantai sambil memanggang barbeque.

Lengkap sekali, kan? 

Lihat selengkapnya