Codex Genetika

Firsty Elsa
Chapter #7

Fakta yang Berbicara

“Iya, Mas, klien Ibu. Artis terkenal yang suka main sinetron jadi yang jahat itu. Tadi mereka datang bawa satu keluarga.”

Angga mengangguk mengerti saat satpam menjelaskan. Mobil-mobil mewah itu memang bukan pemandangan asing di rumahnya, mengingat ibunya yang terkenal di kalangan artis dan sosialita. Setibanya di ruang tamu, Angga melihat ibunya tengah duduk bersama Rebecca, yang dikelilingi oleh beberapa orang dari tim perancang busana. Ada juga beberapa asisten dan make-up artist yang tampaknya sedang menyiapkan peralatan mereka.

Ibunya, dengan hijab modisnya yang selalu terawat dan penampilan yang sangat stylish, tampak begitu fokus pada percakapan dengan Rebecca—sang aktris papan atas. Ia memegang laptop terbuka yang menunjukkan berbagai pilihan desain gaun pernikahan.

Hanisya yang melihat kehadirannya, segera mendekat.

"Kak, udah pulang? Ada siapa aja, nih?" tanya Hanisya sambil menahan tawa, memandang ke arah Rebecca yang tengah berbicara serius dengan ibunya.

"Biasalah, klien Bunda," jawab Angga singkat. "Meeting gaun pernikahan."

Hanisya mengangguk dan menggandeng tangan Angga. "Ayo, makan dulu. Pasti capek, kan?" katanya.

Angga mengangguk, dia mengikuti langkah adiknya menuju meja makan. Rasa laparnya muncul kembali meski tadi sempat makan camilan di kafe.

"By the way, Kak... tadi ada tamu yang datang nyariin Ayah." Hanisya menambahkan, membuat Angga sedikit terkejut.

"Siapa?" tanya Angga, sedikit penasaran.

"Gue nggak tahu, tapi dia laki-laki, kayaknya teman lama Ayah. Dia pergi cepat banget, katanya ada urusan." Hanisya melanjutkan.

Angga sedikit merenung. Tamu yang datang menemui ayahnya? Mungkin ada yang berhubungan dengan proyek kerja atau sesuatu yang lebih pribadi. Angga tertarik, tetapi memilih untuk tidak bertanya lebih lanjut malam ini. Lagipula, dia masih perlu istirahat sebelum memikirkan hal-hal lainnya.

"Yuk, makan. Gue lapar," Angga akhirnya mengajak adiknya mulai makan.

***

Tepat pukul 9 malam, Angga baru saja menyelesaikan sesi belajarnya. Dia menutup buku dan tabletnya, lalu turun ke lantai satu untuk mengabil segelas air putih. Dari tangga, dia melihat sang bunda masih setia di meja ruang tengah sambil melihat beberapa tumpukan desain-desain gambar yang diyakini adalah berkas meeting tadi.

“Kok kamu belum tidur, Kak?” tanya Luna yang menyadari anaknya melewatinya untuk menuju pantry.

“Belum, Bun. Baru selesai belajar tadi. Bunda ngapain kok ngga istirahat?” tanya Angga balik.

“Habis ini juga tidur,” balas Luna tersenyum. Meski dia sangat lelah, Luna masih terlihat cantik dengan hijabnya, seperti biasa. “Kamu jangan capek-capek ya, Kak. Bunda sama Ayah nggak bisa ngontrol kegiatan kamu. Jadi, Bunda minta tolong banget buat jaga kesehatan, ya?”

Angga yang baru selesai menuangkan air ke dalam gelasnya, seketika menghentikan aksinya. Angga mengangguk, menyesap air putih ditangannya.

"Ya, Bun, aku sudah selesai tugasnya kok. Sekarang cuma mau santai sebentar," jawab Angga sambil menyeka sedikit keringat di pelipisnya. Belajar memang menguras energi, apalagi dengan semua yang terjadi hari ini.

Lihat selengkapnya